Untuk kalian yang meninggalkan shalat fardhu…
Untuk kalian yang meninggalkan shalat berjama’ah di masjid…
Untuk kalian yang mengakhirkan waktu shalat dan tidak shalat tepat waktu…
Untuk kalian yang masih meremehkan keutamaan shalat berjama’ah di masjid…
Untuk kalian yang masih malas ketika mengerjakan shalat…
Malulah kalian dengan mereka…
- Allah –Ta’ala- berfirman,
”Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka, dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan
manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”.
(QS.An-Nisaa’: 142)
- Sahabat Anas bin Malik–radhiyallahu anhu- berkata,
“Barangsiapa yang ingin bergembira menemui Allah besok dalam keadaan
muslim, maka jagalah sholat-sholat itu tatkala dikumandangkan. Karena
Allah telah mensyari’atkan sunanul huda (jalan-jalan petunjuk) bagi Nabi
kalian -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, dan sesungguhnya dia
(sholat-sholat wajib) itu merupakan sunanul huda (jalan-jalan
petunujuk). Andaikan kalian sholat (fardhu) di rumah kalian sebagaimana
orang (munafiq) yang tinggal di rumahnya, maka kalian telah meninggalkan
sunnah (petunjuk) Nabi kalian. Andaikan kalian meninggalkan petunjuk
Nabi kalian, maka kalian akan sesat. Tak ada seorang pun yang bersuci,
lalu ia memperbaiki bersucinya, kemudian ia ke masjid di antara
masjid-masjid, melainkan Allah akan tuliskan kebaikan bagi setiap
langkah yang ia ayunkan, Dia (Allah) akan mengangkat derajat orang itu
dengannya, dan menghapus dosanya dengannya. Kami telah menyaksikan
orang-orang diantara kami, tak ada yang tertinggal dari sholat jama’ah,
kecuali orang munafiq yang nyata kemunafiqannya. Sungguh ada seorang
laki-laki didatangkan sambil dipapah diantara dua orang sampai ia
ditegakkan dalam shaf” . [HR.Muslim dalam Kitab Al-Masajid wa Mawadhi'
Ash-Sholah(654), dan Ibnu Majah dalam Kitab Al-Masajid wa Al-Jama'at
(777)]
- An-Nawawiy-rahimahullah- berkata, “Dalam perkara ini semua terdapat
penekanan masalah sholat jama’ah, menanggung penderitaan dalam
menghadirinya, dan bahwa jika seorang yang sakit dan semacamnya mungkin
sampai kepada sholat jama’ah, maka dianjurkan untuk menghadirinya”.
[Lihat Syarh Shohih Muslim (5/159)]
- Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Telah datang
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang lelaki buta, kemudian
ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak punya orang yang bisa
menuntunku ke masjid, lalu dia mohon kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam agar diberi keringanan dan cukup shalat di rumahnya.’
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan keringanan
kepadanya. Ketika dia berpaling untuk pulang, beliau memanggilnya,
seraya berkata, ‘Apakah engkau mendengar suara adzan (panggilan)
shalat?’, ia menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, ‘Maka hendaklah kau penuhi
(panggilan itu)’. (HR. Muslim)
- Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolaniy–rahimahullah- berkata: “Tidaklah
dikumandangkan (adzan) sholat sejak 40 tahun lalu, kecuali Sa’id ibnul
Musayyib sudah berada di dalam masjid”. [Lihat Tahdzib At-Tahdzib
(4/87)]
- Apa yang diceritakan Al-Hafizh, juga telah diakui sendiri oleh
Sa’id ibnul Musayyib -rahimahullah- tatkala beliau berkata, “Aku tak
pernah mendengarkan adzan di tengah keluargaku sejak 30 tahun”. [Lihat
Ath-Thobaqot Al-Kubro (5/131) karya Ibnu Sa’d]
- Adat kebiasaan yang baik seperti ini bukan hanya dilakukan oleh
Sa’id ibnul Musayyib, akan tetapi juga dilakukan oleh salaf lainnya.
Sekarang kita dengarkan Abul Asy’Ats Robi’ah bin Yazid Ad-Dimasyqiy
-rahimahullah- berkata, “Mu’dzdzin tidak pernah mengumandangkan adzan
shubuh sejak 40 tahun, kecuali aku berada di masjid; kecuali aku sakit
atau musafir”.[LihatRiyadh An-Nufus(1/84) via Ahammiyah Sholah
Al-Jama’ah, (hal.75)]
- Al-Qodhi Taqiyyuddin Sulaiman–rahimahullah- berkata, “Aku tak
pernah melaksanakan sholat dalam keadaan sendirian sama sekali, kecuali
dua kali saja. Seakan-akan aku tidak melaksanakan sholat itu sama
sekali”.Lihat Dzail Thobaqot Al-Hanabilah (2/365)
- Waqi’ ibnul Jarroh Ar-Ru’asiy-rahimahullah- berkata, “Dulu
Al-A’masy hampir 70 tahun tak pernah luput dari takbir pertama” Lihat
As-Siyar (6/228)]
- Al-Hafizh Adz-Dzahabi -rahimahullah- berkata, “Yahya ibnul Qoththon
apabila menyebut Al-A’masy, ia berkata: “Al-A’masy adalah seorang ahli
ibadah , dan ia menjaga sholat jama’ahnya dan shof pertama. Dia adalah
ulama’ Islam”.[Lihat Siyar A’lam An-Nubala’ (2/232)]
- Muhammad bin Sama’ah -rahimahullah- berkata, “Aku telah hidup
selama 40 tahun, sedang aku tak pernah luput dari takbir pertama,
kecuali satu hari saja ketika itu ibuku meninggal. Akhirnya akupun
tertinggal satu kali sholat jama’ah”. [Lihat Tahdzib At-Tahdzib (9/204)]
- Ibrohim bin Yazid -rahimahullah- pernah berkata, “Apabila engkau
melihat seorang meremehkan takbir pertama, maka bercuci tanganlah
(berlepas tanganlah) darinya”.[Lihat Siyar Al-A’lam(5/62)]
- Yahya bin Ma’in -rahimahullah- berkata ketika menceritakan perihal
kehidupan Ibrohim bin Maimun Ash-Sho’igh-rahimahullah-, “Apabila dia
(Ibrohim bin Maimun Ash-Sho’igh ) mengangkat palu, lalu ia mendengarkan
adzan, maka beliau tidak mengembalikannya (tidak memukulkannya)”.[Lihat
Tahdzib At-Tahdzib(1/173)]
- Adz-Dzahabiy menyebutkan dalam sebuah kitabnya bahwa, “Al-Aswad,
apabila hadir waktu sholat, maka beliau menderumkan ontanya walaupun
pada sebuah batu”.[Lihat Siyar A’lam An-Nubala’(4/53) karya Adz-Dzahabiy
]
- Simak bin Harb -rahimahullah- berkata, “Al-Harits bin Hassan
–radhiyallahu anhu- telah menikah -dan beliau memiliki persahabatan
(dengan Nabi –Shollallhu alaihi wasallam-) Dahulu seorang laki-laki jika
telah menikah, maka ia tinggal (di rumahnya) dalam beberapa hari. Lalu
beliau ditanya, “Apakah engkau akan keluar (pergi sholat shubuh),
padahal engkau berbulan madu dengan istrimu di malam ini?” Maka beliau
menjawab: “Demi Allah, Jika ada seorang istri yang menghalangi aku dari
sholat shubuh bersama jama’ah, maka ia sungguh istri yang buruk”. [HR.
Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir (3324)]
- Muhammad bin Al-Mubarak Ash-Shuri berkata: “Jika Said bin Abdul
Azis ketinggalan shalat berjamaah, maka ia menangis.” (As-Siyar, 8/34)
- Muhammad bin Khafif rahimahullah memiliki sakit pinggang, jika ia
diserang penyakit tersebut ia susah bergerak. Tetapi jika adzan
berkumandang ia minta dipanggul di atas punggung orang lain. Suatu kali
pernah dikatakan padanya, ‘Kenapa engkau tidak mengasihi dirimu?’ Beliau
menjawab, ‘Jika kalian mendengar ‘hayya alash shalah’ tetapi tidak
melihatku di dalam shaf (jamaah) maka carilah aku di kuburan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar