Jumlah
ummat Islam ada 1,2 milyar. Sementara Yahudi hanya sekitar 20 juta di
mana 7 juta tinggal di Israel. Sisanya 6 juta tinggal di AS, 700 ribu di
Perancis dan Rusia, 300 ribu di Inggris, Asia, Amerika latin, dan
sebagainya. Bahkan di Indonesia juga ada.
Mengapa
ummat Islam yang jumlahnya jauh lebih besar bisa dikalahkan Israel
dengan mudah? Mengapa Ummat Islam meski saudara Muslimnya di Palestina
dibantai Israel tidak berdaya sama sekali untuk membantu sehingga 1.033
warga Palestina (sebagian besar wanita dan anak-anak) tewas dan 4.850
luka parah? Jumlah korban terus bertambah hingga sekarang (saat ini hari
ke 20). Bukankah kata Nabi Muhammad SAW ummat Islam itu seperti satu
tubuh? Jika yang lain sakit, maka yang lain akan merasakan sakit juga? Apakah ke-Islaman kita sudah sangat tipis?
Ini tak lepas dari berbagai faktor. Yang utama adalah karena kelemahan ummat Islam sendiri.
Ummat Islam Tidak Bersatu
Pertama
ummat Islam tidak bersatu. Tapi bercerai-berai. Padahal dalam surat Ali
‘Imran ayat 103 Allah melarang ummat Islam bercerai-berai. Saat ini
ummat Islam di seluruh dunia terkotak-kotak dalam banyak negara yang
tidak jarang satu sama lain saling bermusuhan bahkan perang seperti
Iraq, Kuwait, Arab Saudi, Iran, dan sebagainya.
Padahal
ketika ummat Islam bersatu, ummat Islam mampu mengalahkan musuhnya
dengan mudah. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ummat Islam mampu menghalau
kaum Yahudi serta menundukkan kerajaan Romawi dan Persia. Pada zaman
Sultan Salahuddin Al ‘Ayubi, ummat Islam mampu mengalahkan negara-negara
Eropa yang bersatu dalam perang merebut Yerusalem.
Sebaliknya,
kaum Yahudi yang mengembara di berbagai negara seperti Eropa, Amerika,
Asia, dan Australia lewat Sistem Ekonomi Neoliberalisme/Kapitalisme
melalui Pasar Modal, Pasar Uang, dan Pasar Komoditas akhirnya menguasai
perekonomian banyak negara di seluruh dunia. Bahkan 90% sumber daya alam
Indonesia seperti minyak, gas, emas, dan sebagainya dikuasai
perusahaan-perusahaan kafir yang sebagian besar berasal dari AS.
Organisasi PENA memperkirakan perusahaan-perusahaan tersebut memperoleh
Rp 2.000 trilyun/tahun dari kekayaan alam Indonesia.
Tak
ada seorang pun yang bisa jadi presiden AS tanpa dukungan dana kampanye
dari kelompok Jutawan Yahudi AS dan juga media massa yang dikuasai
Yahudi.
Dengan
pimpinan AS yang pemerintahannya dikuasai kelompok Yahudi inilah kaum
Yahudi mengerahkan segala dana, SDM, dan militer dari seluruh dunia
untuk mendukung Israel. Sebagai contoh, negara-negara Islam seperti
Mesir, Turki, dan Yordania selain berasaskan sekuler ciptaan Yahudi juga
membina hubungan diplomatik dengan Israel. Presiden Mesir, Hosni
Mobarak, bahkan menutup perbatasan Gaza-Mesir sehingga rakyat Palestina
tidak bisa melarikan diri ke sana. Makanan dan obat-obatan pun tidak
bisa masuk hingga sebagian rakyat Gaza ada yang sampai memakan rumput
karena lapar. Presiden Mesir, Hosni Mobarak yang merupakan boneka Yahudi
sanggup membuat bangsa Mesir jadi tidak punya rasa persaudaraan Islam
atau pun Arab dengan Palestina yang Arab Muslim.
Oleh
karena itu ummat Islam harus bersatu. Segala macam masalah furu’iyah
seperti ”Qunut” yang membuat ummat Islam saling timpuk dan hujat satu
sama lain harus dihilangkan. Sebab jangankan berdebat tentang hadits,
berdebat tentang ayat Al Qur’an yang mutasyabihat (tidak jelas) pun
Allah melarangnya (Ali ’Imran:7). Ummat Islam harus bersatu dan tidak
boleh terpengaruh oleh kalangan khawarij atau pun ashobiyah yang begitu
gampang mengkafirkan Muslim lainnya dan memecah-belah persatuan Islam.
Ummat Islam Dikuasai Kelompok Kafir
Ummat
Islam juga tidak pantas tunduk kepada PBB yang dikuasai kelompok kafir
yang tidak peduli sama sekali pada nasib ummat Islam di Iraq,
Afghanistan, dan Palestina. Anggota Tetap DK (Dewan Keamanan) PBB adalah
AS, Inggris, Perancis, Rusia, dan Cina. Semuanya kafir di mana AS,
Inggris, dan Perancis dikuasai betul oleh kaum Yahudi. Oleh karena itu
bodoh sekali jika ummat Islam mempercayakan nasibnya pada orang-orang
kafir yang justru memerangi Islam. Allah melarang ummat Islam mengangkat
orang-orang kafir jadi pemimpin atau pelindung (Al Maa’idah:57).
Sebaliknya
Organisasi Konferensi Islam (OKI) harus diperkuat. Harus ada DK (Dewan
Keamanan) OKI yang mampu mengirim pasukan untuk membela ummat Islam yang
tertindas. Para raja mau pun presiden-presiden negara Islam harus
memilih satu pemimpin untuk jadi pemimpin OKI yang akan melindungi
mereka semua. Nanti pemimpin OKI inilah yang mengatur dan melindungi
negara-negara Islam sehingga perpecahan antara negara Islam bisa
dihilangkan.
Boikot Dollar dan Produk AS dan Israel
Mantan
PM Malaysia, Mahathir Mohammad, menghimbau agar negara-negara Islam
memboikot dollar dan produk AS. Indonesia untuk mempertahankan devisa
sekitar US$ 54 milyar harus menjual seluruh kekayaan alamnya, menjual
BUMN-BUMN yang bernilai ribuan trilyun rupiah, mengundang investor asing
(baca: Investor Kafir), dan juga berhutang kepada IMF, World Bank, ADB,
dan sebagainya.
Sebaliknya,
AS dengan mudah dapat membuat dollar. AS tinggal menekan tombol ”Print”
untuk mencetak dollar sebanyak yang mereka mau. Padahal dollar AS itu
sebenarnya berasal dari kertas yang nyaris tidak ada harganya. Negara-negara
Eropa cukup cerdas untuk bisa dipermainkan dollar AS. Oleh karena itu
mereka (kecuali Inggris yang Pondsterlingnya nyaris sekuat dollar)
membentuk mata uang Euro sehingga perdagangan antar negara Eropa tidak
perlu memakai dollar.
Jika
tidak pakai dollar, Indonesia impor barang pakai apa? Indonesia bisa
membayarnya dengan mata uang negara Importir seperti Yen Jepang atau
Yuan China. Sebaliknya China dan Jepang jika beli barang Indonesia harus
membayar dengan rupiah. Atau Indonesia bisa mematok rupiah dengan Dinar
Emas atau Dirham Perak. Misalnya Rp 100 ribu saja dengan 0,1 Dinar (1
dinar = 4,25 gram emas 22 karat).
Bank-bank
Syari’ah atau Bank-bank Islam harus mensosialisasikan Dinar emas dan
Dirham perak dengan membuka counter jual-beli dinar/dirham sehingga
tidak perlu dollar AS lagi. Jika transaksi valas nilainya sekitar Rp
7.000 trilyun/tahun dan memberi keuntungan sekitar Rp 500 trilyun/tahun
bagi money changer atau pun bank yang menyediakan transaksi valas, maka
jual-beli dinar-rupiah bisa memberikan keuntungan serupa.
Produk-produk
AS yang mendukung Yahudi seperti KFC, McDonald, Sara Lee, Coca Cola,
dan sebagainya harus diboikot. Bagi orang-orang yang bekerja di
perusahaan tersebut, janganlah takut miskin. Allah mengatakan hal itu
dalam Surat At Taubah ayat 28 ketika orang-orang kafir dan
perusahaan-perusahaan kafir dilarang memasuki kota suci Mekkah karena
banyak orang Islam yang bekerja di perusahaan tersebut. Tapi ternyata
begitu perusahaan orang-orang kafir menghilang, perusahaan-perusahaan
orang Islam bisa menggantikannya. Ummat Islam justru lebih makmur karena
mereka bukan cuma jadi pekerja atau kuli dengan upah UMR saja, tapi
juga jadi pemilik perusahaan dengan penghasilan tak terbatas.
Jangan
hanya produk-produk AS yang diboikot. Para pejabat, wakil rakyat,
ulama, ekonom mau pun jurnalis Muslim harus berusaha agar
perusahaan-perusahaan kafir yang menguasai kekayaan alam Indonesia dan
menyumbang total Rp 2.000 trilyun/tahun (menurut organisasi PENA) ke
negara-negara kafir tersebut bisa dinasionalisasi sehingga hasilnya bisa
dinikmati oleh rakyat Indonesia dan ummat Islam. Ummat Islam harus bisa
mengikuti Venezuela yang telah menasionalisasi perusahaan-perusahaan AS
yang beroperasi di negaranya. Tentu saja hal ini akan dapat tentangan
dari ekonom ”Mafia Berkeley” yang jadi kaki tangan Yahudi AS. Tapi ummat
Islam harus bisa mengalahkan mereka.
Indonesia
”menyumbang” sekitar Rp 2.000 trilyun/tahun. Begitu pula negara-negara
Islam lainnya yang kekayaan alamnya dikuras oleh AS. Uang itu akhirnya
dipakai untuk membuat berbagai senjata canggih yang dipakai untuk
menyerang dan menjajah Islam seperti di Iraq, Afghanistan, dan juga
Palestina. AS setiap tahun menyumbang Israel sebesar US$ 3,2 milyar.
Sebagian besar berasal dari negara-negara Islam seperti Indonesia. Ummat
Islam yang seharusnya makmur pun jadi miskin seperti Indonesia.
Indonesia tanahnya kaya, tapi rakyatnya miskin karena pemimpinnya kurang
cerdas sehingga kekayaan alamnya justru dikeruk oleh pihak asing/kafir.
Ummat
Islam juga harus berhenti merokok karena selain berbahaya juga boleh
dikata semua perusahaan rokok besar itu dikuasai orang kafir. Bahkan ada
pabrik rokok Indonesia yang dikuasai perusahaan AS. Jika seorang
menghabiskan Rp 300 ribu per bulan untuk rokok, maka dalam setahun dia
menyumbang Rp 3,6 juta kepada orang kafir. Jika ada 100 juta Muslim yang
merokok, maka ada Rp 360 trilyun uang yang disumbang ummat Islam kepada
orang-orang kafir setiap tahun. Padahal mayoritas ummat Islam miskin
dan butuh pertolongan!
Kuasai Persenjataan Canggih
Para Mujahidin Indonesia yang akan berangkat ke Palestina juga harus cerdas. Memang
bela diri dengan tangan kosong mau pun dengan pedang itu penting. Tapi
itu saja tidak cukup! Untuk melawan jet-jet dan helikopter tempur Israel
tidak bisa dengan bela diri atau pedang saja. Tapi harus memakai
senapan sniper atau pun roket yang bisa mencapai pesawat tempur Israel
dan menghancurkannya. Ummat Islam harus menggunakan senjata yang bisa
menggentarkan musuh sebagaimana dinyatakan surat Al Anfaal ayat 60.
Pembuatan
roket-roket yang bisa menghancurkan tank-tank dan pesawat Israel macam
yang dipakai gerilyawan Hizbullah di Lebanon harus dikuasai sehingga
tentara Israel bisa dipukul mundur seperti di Lebanon pada tahun 2006.
Embargo Minyak terhadap AS dan Israel
Satu
lagi yang harus kita ingat. Kenapa Tank-tank Israel bisa berjalan,
pesawat-pesawat tempur Israel bisa terbang, dan roket-roket Israel bisa
meluncur? Itu karena minyak dari Arab Saudi. Tanpa minyak, tank, pesawat
tempur, dan roket Israel takkan bisa berjalan. Israel tidak punya
minyak. AS justru kekurangan minyak. Ada pun Arab Saudi adalah eksportir
minyak terbesar di dunia. Tanpa minyak Arab Saudi, Israel tak akan
mampu membantai ummat Islam di Palestina dan Lebanon. Oleh karena itu
Iran mengusulkan embargo minyak terhadap Israel dan AS untuk mengatasi
serangan Israel di Gaza.
Tahun
1970-an negara-negara Arab bisa membuat AS dan Israel mundur dengan
embargo minyak. Namun saat ini pemerintah Arab Saudi mengundang tentara
AS untuk menghadapi pemerintah Iraq yang dulu dipimpin Saddam Hussein. Dengan matinya Saddam, harusnya raja Arab berani meminta tentara AS mundur dari tanah Arab.
Semoga dengan persatuan dan kemandirian, ummat Islam bisa kembali berjaya. Mohon sampaikan informasi ini kepada muslim lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar