Profil

Jumat, 24 Juni 2011

Sihir Dalam Pacdangan Alqur'an

Dalil Adanya Sihir Dari Al-Qur'an 

Dalil Yang Menunjukkan Adanya Sihir. 
Pertama : Dalil-Dalil Dari Al-Qur-an: 
[1]. Allah Ta'ala berfirman:      "Artinya : Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), akan tetapi syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang Malaikat di negri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan,  'Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.' Maka, mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepada mereka dan tidak memberi manfaat. Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (Kitabullah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan diakhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui." [Al-Baqarah: 102] 
[2]. Firman-Nya  "Artinya : Musa berkata, Apakah kamu mengatakan terhadap kebenaran waktu ia datang kepadamu, sihirkah ini padahal ahli-ahli sihir itu tidaklah mendapat kemenangan." [Yunus: 77] 
[3]. Firman-Nya  "Artinya : Maka setelah mereka melemparkan, Musa berkata kepada mereka, Apa yang kamu lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidakbenarannya. Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan. Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya)." [Yunus: 81-82] 
[4]. Firman-Nya  "Artinya : Maka musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata, Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka) Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang." [ Thaahaa: 67-69] 
[5]. Firman-Nya  "Artinya : Dan Kami wahyukan kepada Musa, Lemparkanlah tongkatmu.' Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah ditempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud, Mereka berkata, Kami beriman kepada Rabb semesta alam (yaitu) Rabb Musa dan Harun." [Al-a'raf: 117-122] 
[6]. Juga firman-Nya  "Artinya : Katakanlah, Aku berlindung kepada Rabb Yang menguasai Shubuh, dari kejahatan mahluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus buhul-buhul dan dari kejahatan orang-orang yang dengki apabila ia dengki." [Al-Falaq: 1-5] 
Al-Qurthubi mengemukakan: "Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, yakni tukang-tukang sihir wanita yang menghembuskan pada buhul-buhul pada saat membaca mantra."
[1]  Al-Hafizh Ibnu Katsir, mengatakan, Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul':  Mujahid, 'Ikrimah, al-Hasan, dan adh-Dhahhak mengemukakan, yakni, para tukang sihir."
[2]  Ibnu Jarir ath-Thabari mengungkapkan,"Yakni, dari kejahatan para tukang sihir wanita yang menghembuskan buhul-buhul pada saat membaca mantra,"Al-Qasimi mengatakan, "Pendapat itu pula yang dikemukakan oleh para ahli tafsir."
[3]  Ayat-ayat al-Qur'an yang membahas masalah sihir dan para penyihir cukup banyak dan sangat populer, meski bagi orang yang memiliki pengetahuan paling minim sekalipun tentang agama Islam.
Read more »»  

8 Cara Tukang Sihir Mendatangkan Jin

Cara Tukang Sihir Mendatangkan Jin 

Ada cukup banyak cara dan sangat bervariatif, yang semuanya mengandung kesyirikan atau kekufuran nyata.
Dan insya Allah, saya akan menyebutkan sebagian diantaranya, yakni delapan cara yang disertai dengan jenis kesyirikan atau kekufuran yang terkandung pada setiap cara tersebut secara ringkas.
Hal itu sengaja saya kemukakan, karena sebagian kaum muslimin banyak yang tidak bisa membedakan antara penyembuhan secara Qur-ani dengan penyembuhan secara sihir (juga).
Yang pertama adalah cara imani (keimanan) dan yang kedua cara syaithani (atas petunjuk syaitan). Dan masalahnya akan semakin kabur bagi orang-orang tidak berilmu, di mana tukang sihir itu membacakan mantra dengan pelan sementara dia akan membaca ayat al-Qur'an dengan kencang dan terdengar oleh pasien sehingga pasien mengira orang tersebut mengobatinya dengan menggunakan ayat-ayat al-Qur'an, padahal kenyataannya tidak demikian.
Sehingga si pasien itu akan menerima perintah tukang sihir sepenuhnya.  Dan tujuan dari penyampaian dan penjelasan cara ini adalah untuk memperingatkan kaum muslimin agar mereka berhati-hati terhadap berbagai jalan kejahatan dan kesesatan, dan agar tampak jelas jalan orang-orang yang berbuat kejahatan. 

PERTAMA : CARA IQSAM [BERSUMPAH ATAS NAMA JIN DAN SYAITHAN].
Menurut cara ini, tukang sihir akan masuk ruangan yang gelap, lalu meyalakan api dan kemudian di atas api itu diletakan semacam dupa sesuai dengan objek yang diminta. Jika dia ingin melakukan pemisahan atau permusuhan dan kebencian atau yang semisalnya, maka dia akan meletakkan di atas api itu dupa yang mempunyai bau yang tidak sedap. Dan jika dia hendak  mempertemukan cinta atau melepaskan ikatan yang menghalangi suami mencampuri istrinya atau untuk menghilangkan sihir, maka dia akan meletakkan dupa yang mempunyai bau yang wangi. Selanjutnya, tukang sihir akan mulai membaca mantra yang berbau kesyirikan, yaitu bacaan-bacaan tertentu yang mengandung sumpah kepada jin dengan mengatasnamakan pemuka mereka dan meminta mereka dengan menyebut pemuka mereka, sebagaimana hal itu mengandung berbagai macam kesyirikan lainnya. 
Misalnya mengagungkan para pembesar jin dan meminta bantuan kepada mereka dan lain sebagainya.  Dengan syarat, tukang sihir tersebut -mudah-mudahan Allah melaknatnya tidak boleh dalam keadaan suci, baik dalam kondisi junub maupun memakai pakaian bernajis dan lain sebagainya.  Setelah selesai membaca mantra maka akan muncul di hadapannya bayangan berbentuk anjing atau ular atau bentuk lainnya, lalu si penyihir itu akan menyuruhnya melakukan apa saja yang dia inginkan. Tetapi terkadang tidak muncul apa-apa di hadapannya, tetapi dia hanya mendengar suara. Dan terkadang dia tidak mendengar suara apa-apa tetapi dia mengikat benda bekas dipakai dari seseorang yang hendak disihir, seperti, rambut, atau potongan baju yang pernah dipakainya yang masih berbau keringat dan lain sebagainya. Dan setelah itu, si penyihir akan memerintahkan jin untuk melakukan apa yang dia mau. 
Komentar mengenai cara ini:  Dari pengkajian terhadap cara ini, maka tampak jelas hal-hal berikut:
[1]. Jin itu lebih mengutamakan ruangan yang gelap.
[2]. Jin menikmati (menyantap) bau sesajen yang dihidangkan, yang tidak disebut nama Allah padanya.
[3]. Merupakan bentuk kesyirikan yang jelas dan nyata dalam cara ini adalah bersumpah atas nama jin dan meminta pertolongan kepada mereka.
[4]. Jin itu mengutamakan najis dan syaitan mendekati najis.


KEDUA : CARA ADZ-DZABH [MEMOTONG SEMBELIHAN]
Menurut cara ini, si tukang sihir akan membawa burung, ayam, merpati, atau yang lainnya dengan ciri-ciri tertentu sesuai dengan permintaan jin, hewan itu adalah yang berwarna hitam pekat, karena jin lebih menyenangi warna hitam. [2]. Kemudian, dia menyembelihnya dengan tidak meyebut nama Allah atasnya.
Terkadang si penderita akan diolesi darah binatang itu dan terkadang juga tidak. Selanjutnya, dia melemparnya ke puing-puing bangunan, sumur, atau tempat-tempat kosong yang seringkali menjadi tempat jin. Dan pada saat melempar, dia tidak menyebut nama Allah. Setelah itu dia kembali pulang ke rumah, lalu membaca mantra yang berbau syirik, dan selanjutnya menyuruh jin untuk melakukan apa saja yang dia inginkan.
Komentar mengenai cara ini:  Kesyirikan yang terkandung pada cara kedua ini terfokus pada dua hal, yaitu: 
[1]. Menurut kesepakatan para ulama, baik salaf maupun khalaf, menyembelih binatang untuk dipersembahkan kepada jin adalah sesuatu yang haram, bahkan ia merupakan perbuatan syirik mutlak, Karena binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah sama sekali tidak boleh dimakan oleh orang muslim, apalagi melakukannya. Akan tetapi bersamaan dengan itu, orang-orang bodoh disetiap zaman dan tempat akan terus melakukan perbuatan keji tersebut. 
Yahya bin Yahya pernah berkata, Wahab pernah berkata kepada saya, beberapa orang penguasa mengambil kesimpulan adanya mata air dan bermaksud mengalirkannya. Untuk hal itu mereka menyembelih binatang untuk dipersembahkan kepada jin agar jin-jin itu tidak menyumbat aliran air tersebut. Lalu dia memberikan makan kepada beberapa orang dengan sembelihan itu.  Selanjutnya berita tersebut terdengar oleh Ibnu Syihab az-Zuhri, maka dia berkata: "Sesungguhnya mereka telah menyembelih apa yang tidak dihalalkan dan memberi makan orang-orang dengan apa yang tidak dihalalkan bagi mereka. Rasulullah SAW sendiri telah melarang makan sembelihan yang disembelih untuk dipersembahakan kepada jin. 
Dalam kitab Shahih Muslim juga disebutkan sebuah hadits dari 'Ali bin Abi Thalib ra, dia berkata, Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:  "Artinya : Allah melaknat orang yang menyembelih binatang untuk selain Allah". 
[2]. Jimat atau mantra yang berbau syirik. Yaitu tulisan-tulisan yang dibacakan pada saat menghadirkan jin. Mantra-mantra itu mengandung kesyirikan yang jelas, sebagaimana yang diungkapkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di beberapa bukunya.


Ketiga : FIYAH [MELAKUKAN KENISTAAN]
Cara ketiga ini sangat populer dikalangan para tukang sihir dengan sebutan sulfiyah. Tukang sihir yang menggunakan cara ini memiliki banyak  syaitan yang mengabdi kepadanya dan menjalankan semua perintahnya, karena dia sebagai tukang sihir yang paling kufur dan paling ingkar, semoga Allah melaknatnya.         
Cara ini dapat digambarkan sebagai berikut: 
Tukang sihir mudah-mudahan Allah melaknatnya secara terus menerus- meletakkan mushaf di kedua kakinya dalam posisi seperti sepatu. Kemudian dengan posisi al-Qur'an seperti itu, si penyihir itu masuk WC, lalu mulai membaca mantra di dalam WC, selanjutnya keluar lagi dan duduk di sebuah ruangan, setelah itu dia akan meyuruh jin untuk melakukan apa saja yang dikehendakinya. Maka, jin pun akan segera mantaatinya dan menjalankan semua perintahnya.
Hal itu tidak lain karena tukang sihir itu telah kufur kepada Allah yang Maha Agung. Sehingga dengan demikian dia telah menjadi salah satu saudara syaitan, dan karenanya dia telah benar-benar merugi dan akan mendapatkan laknat dari Allah, Rabb seru sekalian alam.  Bagi tukang sihir yang menggunakan cara sulfiyah ini, disyaratkan harus melakukan sejumlah perbuatan dosa besar -selain yang telah kami sebutkan- misalnya, menyetubuhi wanita yang bukan istrinya, melakukan hubungan sesama jenis, melakukan perzinahan, atau mencela agama. Semuanya itu dimaksudkan untuk mencari keridhaan syaitan. 


KEEMPAT : CARA NAJASAH [MENULIS AYAT-AYAT AL-QUR'AN DENGAN BENDA NAJIS]
Dalam cara ini seorang penyihir akan menulis salah satu surat dalam al-Qur'an al-Karim dengan menggunakan darah haid atau benda-benda najis lainnya, dan setelah itu membaca mantra, hingga jin muncul, untuk selanjutnya ia perintahkan apa saja yang ia kehendaki.  Kekufuran denga cara ini sudah sangat jelas dan tidak tersembunyi lagi, karena penghinaan dan pencemoohan terhadap salah satu surat atau bahkan satu ayat al-Qur'an al-Karim merupakan bentuk kekufuran kepada Allah yang Maha Agung.
Lalu bagaimana pendapat anda jika ayat-ayat al-Qur'an itu ditulis dengan benda-benda najis, kita berlindung kepada Allah dari kehinaan. Dan kita memohon kepada Allah سبحانه و تعالى mudah-mudahan Dia meneguhkan hati kita untuk selalu berdiri tegak di atas keimanan serta mewafatkan kita dalam keislaman, dan menggolongkan kita termasuk dari golongan manusia terbaik, Muhammad صلی الله عليه وسلم 


KELIMA : CARA TANKIS [MENULIS AYAT-AYAT AL-QUR'AN SECARA TERBALIK]
Menurut cara ini, tukang sihir -semoga Allah melaknatnya- menulis salah satu surat al-Qr'an al-Karim dengan huruf-huruf terpisah dan terbalik, yaitu ditulis bagian akhirnya dulu baru kemudian bagian awalnya. Setelah itu dia membaca mantra yang berbau syirik, sehingga jin pun datang, lalu dia menyuruhnya melakukan apa yang dia inginkan.  Cara ini pun jelas haram, karena didalamnya mengandung unsur kesyirikan dan kekufuran. 


KEENAM : CARA TANJIM [MENYEMBAH BINTANG]
Cara ini disebut juga ar-rashd, karena dengan cara ini seorang tukang sihir akan memantau munculnya bintang tertentu, kemudian berbicara dengan bintang tersebut dengan membaca mantra-mantra sihir, selanjutnya membacakan mantra lain yang mengandung  kesyirikan dan kekufuran kepada Allah. Setelah itu, dia melakukan beberapa gerakan -yang dia akui gerakan-gerakan itu dapat menurunkan spiritual bintang-bintang- padahal sebenarnya hal itu merupakan bentuk penyembahan bintang tersebut selain dari Allah سبحانه و تعالى, meskipun orang yang melakukan gerakan tersebut tidak menyadarinya. Demikianlah ibadah sekaligus pengagungan terhadap dzat selain Allah. Pada saat itu, syaitan-syaitan akan menyambut dan menjalankan semua perintah tukang sihir terlaknat itu, sehingga dia mengira bahwa bintang itulah yang membantunya, padahal bintang itu tidak mengetahui sedikit pun mengenai hal tersebut. Para tukang sihir tersebut mengaku bahwa sihir itu tidak akan bisa diobati kecuali jika bintang itu muncul, lagi pada waktu yang lain. Di sana terdapat beberapa bintang yang tidak muncul, kecuali sekali dalam setahun, sehingga mereka harus menunggu kemunculannya, dan setelah muncul baru mereka akan membaca mantra-mantra yang meminta pertolongan kepada bintang untuk menghilangkan sihir tersebut. 
Tidak ada yang tertutup lagi bahwa pada cara tersebut terdapat unsur pengagungan kepada selain Allah dan meminta pertolongan kepada selain-Nya. Dan sudah pasti semuanya itu merupakan perbuatan syirik, apalagi mantra-mantranya yang berbau kekufuran.


KETUJUH : CARA AL-KAFF [MELIHAT MELALUI TELAPAK TANGAN]
Dalam cara ini, tukang sihir akan menghadirkan seorang anak kecil yang belum baligh dengan syarat anak itu tidak dalam keadaan berwudhu. Kemudian dia akan melihat telapak tangan kiri anak tersebut, lalu menggambarkan garis persegi empat.  Di sekitar garis ini akan dituliskan beberapa mantra sihir, yang sudah pasti mengandung unsur kesyirikan. Mantra-mantra tersebut ditulis di semua sisi garis dari persegi empat itu. Kemudian diletakkan di telapak tangan anak tersebut, tepat di tengah empat persegi itu “minyak dan bunga berwarna biru” atau “minyak dan tinta berwarna biru,”  lalu dia tuliskan mantra lain dengan huruf terpisah di atas kertas persegi panjang, kemudian meletakan kertas tersebut seperti payung di atas wajah si anak tersebut dan memakaikan topi di atasnya agar tidak lepas.
Selanjutnya, anak itu ditutup seluruh badannya dengan kain yang berat. Dalam kondisi seperti ini, anak kecil tersebut bisa melihat telapak tangannya (karena pengaruh sihir), yang tentunya dia tidak akan dapat melihatnya karena gelap. Kemudian tukang sihir terlaknat itu akan mulai membaca mantra yang teramat kufur, tiba-tiba anak itu akan merasa seakan-akan menjadi terang benderang dan melihat gambar yang bergerak di telapak tangannya. Lalu si penyihir itu akan bertanya kepada anak itu, “Apa yang kamu lihat?” “Aku melihat gambar seorang  laki-laki di hadapanku,” jawab anak itu. “Katakan kepada orang itu, tuanmu berkata kepadamu dengan memerintahkan ini dan itu,” papar si penyihir itu. Maka gambar itu pun bergerak sesuai perintah.  Seringkali cara ini dipergunakan untuk mencari sesuatu yang hilang. Tidak tertutup lagi bahwa dalam cara ini mengandung kemusyrikan dan kekufuran serta mantra-mantra yang tidak dapat dipahami. 


KEDELAPAN : CARA AL-ATSAR [MEMANFAATKAN BENDA BEKAS PAKAI]
Menurut cara ini, si penyihir akan meminta, beberapa barang bekas pakai dari si pasien, seperti sapu tangan, penutup kepala, baju atau sobekan kain yang masih berbau keringat si pasien. Kemudian si penyihir itu akan mengikat ujung sapu tangan itu, lalu mengukurnya sepanjang empat jari dan sapu tangan itu dipegang dengan kuat, lalu dibacakan surat at-Takaatsur atau surat pendek lainnya dengan suara keras. Selanjutnya si penyihir membacakan mantra yang berbau syirik secara pelan. Kemudian memanggil jin seraya berkata, “Jika penyakit yang dideritanya itu disebabkan oleh jin, maka pendekkanlah sapu tangan itu. Dan jika penyakit itu akibat kedengkian, maka panjangkanlah sapu tangan itu. Dan jika penyakit itu termasuk dari bagian kedokteran, maka hendaklah kalian membiarkan sebagaimana wujudnya. Kemudian tukang sihir itu akan mengukurnya sekali lagi. Jika dia mendapatkan sapu tangan itu terlalu panjang, melebihi empat jari, maka si penyihir itu akan mengatakan, “Anda terkena penyakit dengki.” Dan jika sapu tangan itu pendek, maka dia akan mengatakan, “Anda telah dirasuki jin.” Dan jika dia mendapatkan sapu tangan itu seperti adanya, empat jari, maka dia akan mengatakan, “Tidak ada masalah dengan diri anda. Silahkan anda berkonsultasi ke dokter.”
 Komentar mengenai cara ini 
[1]. Upaya pengelabuan yang dilakukan penyihir terhadap penderita, di mana dia mengangkat suaranya ketika membaca al-Qur’an dengan tujuan agar penderita penyakit itu mengira bahwa penyihir itu mengobatinya dengan al-Qur’an, padahal kenyataannya tidak demikian, tetapi rahasianya terletak pada mantra yang dibacanya secara pelan. 
[2]. Meminta bantuan kepada jin, memanggil dan berdoa kepada mereka, semuanya itu merupakan perbuatan syirik kepada Allah Yang Maha Agung. 
[3]. Dalam prakteknya, penyihir itu telah banyak melakukan kedustaan. Anda pasti tidak mengetahui bahwa jin ini jujur atau berdusta dalam hal ini. Kami pernah melakukan pengujian terhadap tindakan beberapa orang penyihir, terkadang mereka memang jujur dan tidak jarang juga mereka berdusta. Di mana ada beberapa orang pasien yang datang kepada kami dan menceritakan bahwa ada seorang tukang sihir yang berkata kepadanya, “Anda telah terkena penyakit ‘ain (berasal dari pandangan mata yang dengki).” Tetapi ketika kami membacakan al-Qur-an padanya, maka ada jin yang berbicara melalui dirinya, dan tidak terdapat penyakit ‘ain pada dirinya. Dan berbagai hal lainnya. Dan mungkin di sana masih banyak cara lain yang tidak saya ketahui.
Read more »»  

Laknat Bagi Lesbian Dan Homoseksual

Gay, Lesbian, Homoseksual  

 DOSA-DOSA HOMOSEKSUAL 
Homoseksual  adalah sejelek-jelek perbuatan keji yang tidak layak dilakukan oleh manusia normal. Allah telah menciptakan manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan menjadikan perempuan sebagai tempat laki-laki menyalurkan nafsu bilogisnya, dan demikian sebaliknya. Sedangkan prilaku homoseksual –semoga Allah melindungi kita darinya- keluar dari makna tersebut dan merupakan bentuk perlawanan terhadap tabiat yang telah Allah ciptakan itu. Prilaku homoseksual merupakan kerusakan yang amat parah. Padanya terdapat unsur-unsur kekejian dan dosa perzinaan, bahkan lebih parah dan keji daripada perzinaan. 
Aib wanita yang berzina tidaklah seperti aib laki-laki yang melakukan homoseksual. Kebencian dan rasa jijik kita terhadap orang yang berbuat zina tidak lebih berat daripada kebencian dan rasa jijik kita terhadap orang yang melakukan homoseksual. Sebabnya adalah meskipun zina menyelisihi syariat, akan tetapi zina tidak menyelisihi tabiat yang telah Allah ciptakan (di antara laki-laki dan perempuan). Sedangkan homosek menyelisihi syariat dan tabiat sekaligus. 
Para alim ulama telah sepakat tentang keharaman homoseksual. Allah سبحانه و تعالى dan rasul-Nya صلی الله عليه وسلم telah mencela dan menghina para pelakunya Didalam AlQur'an  yang Artinya : Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya. ‘Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun  (di dunia ini) sebelum kalian? ‘Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kalian ini adalah kaum yang melampui batas” [Al-A’raf : 80-81]  Dalam kisah kaum Nabi Luth ini tampak jelas penyimpangan mereka dari fitrah. Sampai-sampai ketika menjawab perkataan mereka, Nabi Luth mengatakan bahwa perbuatan mereka belum pernah dilakukan oleh kaum sebelumnya. 
BESARNYA DOSA HOMOSEKSUAL SERTA KEKEJIAN DAN KEJELEKANNYA
Kekejian dan kejelekan perilaku homoseksual telah mencapai puncak keburukan, sampai-sampai hewan pun menolaknya. Hampir-hampir kita tidak mendapatkan seekor hewan jantan pun yang mengawini hewan jantan lain. Akan tetapi keanehan itu justru terdapat pada manusia yang telah rusak akalnya dan menggunakan akal tersebut untuk berbuat kejelekan.  Dalam Al-Qur’an Allah menyebut zina dengan kata faahisyah (tanpa alif lam), sedangkan homoseksual dengan al-faahisyah (dengan alif lam), (jka ditinjau dari bahsa Arab) tentunya   perbedaan dua kta tersebut sangat besar.
Kata faahisyah tanpa alif dan lam dalam bentuk nakirah yang dipakai untuk makna perzinaan menunjukkan bahwa zina merupakan salah satu perbuatan keji dari sekian banyak perbuatan keji. Akan tetapi, untuk perbuatan homoseksual dipakai kata al-faahisyah dengan alif dan lam yang menunjukkan bahwa perbuatan itu mencakup kekejian seluruh perbuatan keji. Maka dari itu Allah سبحانه و تعالى berfirman.  “Artinya : Mengapa kalian mengerjakan perbuatan faahisyah itu yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelum kalian” [Al-A’raf : 80] 
Maknanya, kalian telah mengerjakan perbuatan yang kejelekan dan kekejiannya telah dikukuhkan oleh semua manusia.  Sementara itu, dalam masalah zina, Allah سبحانه و تعالى berfirman.  “Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu faahisyah (perbuatan yang keji) dan suatu jalan yang buruk” [Al-Isra : 32]  Ayat ini menerangkan bahwa zina adalah salah satu perbuatan keji, sedangkan ayat sebelumnya menerangkan bahwa perbuatan homoseksual mencakup kekejian. 
Zina dilakukan oleh laki-laki dan perempuan karena secara fitrah di antara laki-laki dan perempuan terdapat kecenderungan antara satu sama lain, yang oleh Islam kecenderungan itu dibimbing dan diberi batasan-batasan syariat serta cara-cara penyaluran yang sebenarnya. Oleh karena itu, Islam menghalalkan nikah dan mengharamkan zina serta memeranginya,
Allah سبحانه و تعالى berfirman.  “Artinya : Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas” [Al-Mukminun : 5-7] 
Jadi,  hubungan apapun antara laki-laki dan perempuan di luar batasan syariat dinamakan zina. Maka dari itu hubungan antara laki-laki dan perempuan merupakan panggilan fitrah keduanya, adapun penyalurannya bisa dengan cara yang halal, bisa pula dengan yang haram.  Akan tetapi, jika hal itu dilakukan antara laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan, maka sama sekali tidak ada hubungannya dengna fitrah. Islam tidak menghalalkannya sama sekali karena pada insting dan fitrah manusia tidak terdapat kecenderungan seks laki-laki kepada laki-laki atau perempuan kepada perempuan. Sehingga jika hal itu terjadi, berarti telah keluar dari batas-batas fitrah dan tabiat manusia, yang selanjutnya melanggar hukum-hukum Allah.  “Artinya : Yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelum kalian” [Al-A’raf : 80] 
Mujtahid berkata : “Orang yang melakukan perbuatan homoseksual meskipun dia mandi dengan setiap tetesan air dari langit dan bumi masih tetap najis”.  Fudhail Ibnu Iyadh berkata : “Andaikan pelaku homoseksual mandi dengan setiap tetesan air langit maka dia akan menjumpai Allah dalam keadaan tidak suci”.  Artinya, air tersebut tidak bisa menghilangkan dosa homoseksual yang sangat besar yang menjauhkan antara dia dengan Rabbnya. Hal ini menunjukkan betapa mengerikannya dosa perbuatan tersebut.  Amr bin Dinar berkata menafsirkan ayat diatas : “Tidaklah sesama laki-laki saling meniduri melainkan termasuk kaum Nabi Luth”.  Al-Walid bin Abdul Malik berkata : “Seandainya Allah سبحانه و تعالى tidak menceritakan kepada kita berita tentang kaum Nabi luth, maka aku tidak pernah berfikir kalau ada laki-laki yang menggauli laki-laki”.  Maka sungguh menakjubkan manakala kita melihat kebiasaan yang sangat jelek dari kaum Nabi Luth ini –yang telah Allah binasakan- tersebar diantara manusia, padahal kebiasaan itu hampir-hampir tidak terdapat pada hewan.
Kita tidak akan mendatapkan seekor hewan jantan pun yang menggauli hewan jantan lainnya kecuali sedikit dan jarang sekali, seperti keledai. 
Maka itulah arti dari firman Allah berikut.  “Artinya : Sesungguhnya kalian mendatangi laki-laki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas” [Al-A’raf :81]  Allah mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya perbuatan keji itu belum pernah dilakukan oleh siapapun di muka bumi ini, dan itu mencakup manusia dan hewan.  Apabila seorang manusia cenderung menyalurkan syahwatnya dengan cara yang hewan saja enggan melakukannya, maka kita bisa tahu bagaimana kondisi kejiwaan manusia itu. Bukankah ini merupakan musibah yang paling besar yang menurunkan derajat manusia dibawah derajat hewan?! 
Maksud dari penjelasan di atas adalah sebagai berikut. 
Pertama : Jika penyakit ini tersebar di tengah umat manusia, maka keturunan manusia itu akan punah karena laki-laki sudah tidak membutuhkan wanita. Populasi manusia akan semakin berkurang secara berangsur. 
Kedua :Pelaku homoseksual tidak mau menyalurkan nafsu biologisnya kepada perempuan. Jika dia telah beristeri, maka dia akan mengabaikan isterinya dan menjadikannya pemuas orang-orang yang rusak. Dan jika dia masih bujangan, maka dia tidak akan berfikir untuk menikah. Sehingga, apabila homosek ini telah merata dalam sebuah kelompok masyarakat, maka kaum laki-lakinya tidak akan lagi merasa membutuhkan perempuan. Akibatnya, tersia-siakanlah kaum wanita. Mereka tidak mendapatkan tempat berlindung dan tidak mendapatkan orang yang mengasihi kelemahan mereka. Disinilah  letak bahaya sosial homoseksual yang berkepanjangan.
Ketiga : Pelaku homoseksual tidak peduli dengan kerusakan akhlak yang ada disekitarnya. 

CIRI-CIRI KAUM HOMOSEKS
[1]. Fitrah dan tabiat mereka terbalik dan berubah dari fitrah yang telah Allah ciptakan pada pria, yaitu kehendak kepada wanita bukan kepada laki-laki. 
[2]. Mereka mendapatkan kelezatan dan kebahagian apabila mereka dapat melampiaskan syahwat mereka pada tempat-tempat yang najis dan kotor dan melepaskan air kehidupan (mani) di situ.
[3]. Rasa malu, tabiat, dan kejantanan mereka lebih rendah daripada hewan. 
[4]. Pikiran dan ambisi mereka setiap saat selalu terfokus kepada perbuatan keji itu karena laki-laki senantiasa ada di hadapan mereka di setiap waktu. Apabila mereka melihat salah seorang di antaranya, baik anak kecil, pemuda atau orang yang sudah berumur, maka mereka akan menginginkannya baik sebagai objek ataupun pelaku. 
[5]. Rasa malu mereka kecil. Mereka tidak malu kepada Allah سبحانه و تعالى juga kepada makhlukNya. Tidak ada kebaikan yang diharapkan dari mereka. 
[6]. Mereka tidak tampak kuat dan jantan. Mereka  lemah di hadapan setiap laki-laki karena merasa butuh kepadanya. 
[7]. Allah mensifati mereka sebagai orang fasik dan pelaku kejelekan ; “Dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik” [Al-Anbiya : 74] 
[8]. Mereka disebut juga sebagai orang-orang yang melampui batas : “Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kalian ini adalah kaum yang melapaui batas” [Al-A’raf : 81]. Artinya, mereka melampaui batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh Allah. 
[9]. Allah menamakan mereka sebagai kaum perusak dan orang yang zhalim :”Luth berdo’a. ‘Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu’. Dan tatkala utusan Kami (para malaikat) datang kepada Ibrahim membawa kabar gembira, mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami akan menghancurkan penduduk (Sodom) ini. Sesunguhnya penduduknya adalah orang-orang yang zhalim” [Al-Ankabut : 30-31] 
AZAB DAN SIKSA KAUM NABI LUTH
Disebutkan bahwa Allah سبحانه و تعالى menhujani mereka dengan batu. Tidak tersisa seorangpun melainkan dia terhujani batu tersebut. Sampai-sampai disebutkan bahwa salah seorang dari pedagang di Mekkah juga terkena hujan batu sekeluarnya dari kota itu. Kerasnya azab tersebut menunjukkan bahwa homoseksual merupakan perbuatan yang paling keji sebagaimana yang disebutkan dalam dalil. 
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas رضى الله عنهما, dia berkata bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda.  “Artinya : Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth. Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth. Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth” [HR Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra IV/322 (no. 7337)]
 Arti dari laknat Allah adalah kemurkaanNya, dan terjauhkan dari rahmatNya. Allah membalik negeri kaum Luth dan menghujani mereka dengan batu-batu (berasal) dari tanah yang terbakar dari Neraka Jahannam yang susul-menyusul. Tertulis di atas batu-batu itu nama-nama kaum tersebut sebagaimana yang dikatakan Al-Jauhari
Read more »»  

Seputar Kencing Berdiri

Bolehkah Kencing Sambil Berdiri ? 
Didalam sebuah Haditsmenyebutkan bahwa Aisyah belum pernah melihat Rasulullah صلی الله عليه وسلم kencing sambil berdiri.  Kata Aisyah رضي الله عنها.  "Artinya : Barangsiapa yang mengatakan pada kalian bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم pernah buang air kecil sambil berdiri maka janganlah kalian membenarkannya (mempercayainya)". 
Apa yang dikatakan oleh Aisyah tentu saja berdasarkan atas apa yang beliau ketahui saja.  Disebutkan dalam shahihain dari hadits Hudzaifah bahwa beliau صلی الله عليه وسلم melewati tempat sampah suatu kaum, kemudian buang air kecil sambil berdiri.  Dalam kasus-kasus seperti ini ulama fiqih berkata :
"Jika bertentangan dua nash ; yang satu menetapkan dan yang lain menafikan, maka yang menetapkan didahulukan daripada yang menafikan, karena ia mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh pihak yang menafikan.  Jadi bagaimana hukum kencing sambil berdiri ?  Tidak ada aturan dalam syari'at tentang mana yang lebih utama kencing sambil berdiri atau duduk, yang harus diperhatikan oleh orang yang buang hajat hanyalah bagaimana caranya agar dia tidak terkena cipratan kencingnya. Jadi tidak ada ketentuan syar'i, apakah berdiri atau duduk.
Yang penting adalah seperti apa yang beliau صلی الله عليه وسلم sabdakan.  "Maksudnya : Lakukanlah tata cara yang bisa menghindarkan kalian dari terkena cipratan kencing". 
Dan kita belum mengetahui adakah shahabat yang meriwayatkan bahwa beliau صلی الله عليه وسلم pernah kencing sambil berdiri (selain hadits Hudzaifah tadi, -pent-). Tapi ini bukan berarti bahwa beliau tidak pernah buang air kecil (sambil berdiri, -pent-) kecuali pada kejadian tersebut.  Sebab tidak lazim ada seorang shahabat mengikuti beliau ketika beliau صلی الله عليه وسلم buang air kecil. Kami berpegang dengan hadits Hudzaifah bahwa beliau pernah buang air kecil sambil berdiri akan tetapi kami tidak menafikan bahwa beliaupun mungkin pernah buang air kecil dengan cara lain.
 [Disalin dari buku Majmu'ah Fatawa Al-Madina Al-Munawarah, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Albani, Penulis Muhammad Nashiruddin Al-Albani Hafidzzhullah, Penerjemah Adni Kurniawan, Penerbit Pustaka At-Tauhid]  
BOLEHKAH BUANG AIR KECIL SAMBIL BERDIRI? 
Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz   Pertanyaan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Bolehkah seseorang buang air kecil sambil berdiri ?
Perlu diketahui bahwa tidak ada bagian dari tubuh atau pakaian yang terkena najis tersebut ?  Jawaban Boleh saja buang air kecil sambil berdiri, terutama sekali bila memang diperlukan, selama tempatnya tertetutup dan tidak ada orang yang dapat melihat auratnya, dan tidak ada bagian tubuhnya yang terciprati air seninya.
Dasarnya adalah riwayat dari Hudzaifah رضي الله عنه, bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم pernah menuju sebuah tempat sampah milik sekelompok orang, lalu beliau buang air kecil sambil berdiri. Hadits ini disepakati keshahihannya. Akan tetapi yang afdhal tetap buang air kecil dengan duduk. Karena itulah yang lebih sering dilakukan oleh Rasulullah صلی الله عليه وسلم, selain juga lebih dapat menutupi aurat dan lebih jarang terkena cipratan air seni. 
[Disalin dari kitab Al-Fatawa Juz Awwal edisi Indonesia Fatawa bin Baaz I, Penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Penerjemah Abu Umar Abdullah, Penerbit At-Tibyan - Solo]  
HUKUM TEMPAT KENCING YANG BERGANTUNG 
Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan: 
Pertanyaan: Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Di tempat kami bekerja ada tempat kencing yang bergantung. Sebagian teman menggunakannya dengan memakai celana panjang dan kencing sambil berdiri yang tidak menjamin bahwa air urine tidak mengenai celana panjang. Pada suatu hari saya memberi nasehat kepadanya, ia menjawab "Rasulullah صلی الله عليه وسلم tidak pernah melarang hal tersebut". Saya mohon nasehat dan petunjuk. 
Jawaban: Boleh bagi seseorang kencing sambil berdiri, apabila bisa terjaga dari percikan air kencing ke badan dan pakaiannya, karena Nabi صلی الله عليه وسلم pernah kencing sambil berdiri si suatu saat [1].
Terutama apabila hal tersebut sangat dibutuhkan karena sempitnya pakaiannya atau karena ada penyakit di tubuhnya, namun hukumnya makruh kalau tidak ada kebutuhan.
Read more »»  

Bahaya Onani

Kebiasaan Tersembunyi [Onani]  
Pertanyaan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apa hukum melakukan kebiasaan tersembunyi (onani) ?  Jawaban Melakukan kebiasaan tersembunyi (onani), yaitu mengeluarkan mani dengan tangan atau lainnya hukumnya adalah haram berdasarkan dalil Al-Qur'an dan Sunnah serta penelitian yang benar. 
Al-Qur'an mengatakan.  "Artinya : Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampui batas" [Al-Mu'minun : 5-7]
Siapa saja mengikuti dorongan syahwatnya bukan pada istrinya atau budaknya, maka ia telah "mencari yang di balik itu", dan berarti ia melanggar batas berdasarkan ayat di atas.  Rasulllah صلی الله عليه وسلم bersabda.  "Artinya : Wahai sekalian para pemuda, barangsiapa di antara kamu yang mempunyai kemampuan hendaklah segera menikah, karena nikah itu lebih menundukkan mata dan lebih menjaga kehormatan diri. Dan barangsiapa yang belum mampu hendaknya berpuasa, karena puasa itu dapat membentenginya"  Pada hadits ini Rasulullah صلی الله عليه وسلم memerintahkan orang yang tidak mampu menikah agar berpuasa. Kalau sekiranya melakukan onani itu boleh, tentu Rasulullah صلی الله عليه وسلم menganjurkannya.
Oleh karena beliau tidak menganjurkannya, padahal mudah dilakukan, maka secara pasti dapat diketahui bahwa melakukan onani itu tidak boleh.  Penelitian yang benar pun telah membuktikan banyak bahaya yang timbul akibat kebiasaan tersembunyi itu, sebagaimana telah dijelaskan oleh para dokter. Ada bahayanya yang kembali kepada tubuh dan kepada system reproduksi, kepada fikiran dan juga kepada sikap. Bahkan dapat menghambat pernikahan yang sesungguhnya. Sebab apabila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan biologisnya dengan cara seperti itu, maka boleh jadi ia  tidak menghiraukan pernikahan.
Read more »»  

Bagaimanakah Pergaulan Anda

Menjaga Pergaulan 
Didalam Kehidupan sehari hari kita sangatlah penting untuk menjaga dan membatasi diri kita dari suatu pergaulan yang dapat merusak aqidah kita,baik secara langsung maupun secara tidak langsung.Tidak dibenarkan jika kita mananggapi orang yang sedang menggunjing orang lain.
 Firman Allah سبحانه و تعالى. di dalam Al-Qur'an  "Artinya : Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya" [Al-Hujarat : 12] 
Maka mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging manusia dalam pergaulan mereka, na'udzu billah. Mereka telah melakukan dosa besar. Yang wajib anda lakukan menasehati mereka, jika mereka mau menerima dan meninggalkan perbuatan itu, maka itulah yang diharapkan.
Jika tidak, maka hendaknya anda menjauhi mereka, hal ini berdasarkan firman Allah سبحانه و تعالى.  "Artinya : Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al-Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olok (oleh orang kafir), maka janganlah kamu duduk berserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam jahannam" [An-Nisa : 140] 
Allah menyatakan bahwa orang-orang yang duduk-duduk bersama mereka yang apabila mendengar ayat-ayat Allah mereka mengingkarinya dan mengolok-ngoloknya, Allah menganggap orang-orang tersebut sama dengan mereka. Ini merupakan perkara serius, karena berarti mereka keluar dari agama.  Maka orang yang bergaul dengan orang-orang durhaka yang kufur terhadap ayat-ayat Allah dan mengolok-ngoloknya. Jadi orang yang duduk di tempat gunjingan adalah seperti penggunjing dalam hal dosa. Karena itu hendaknya anda menjauhi pergaulan dengan mereka dan tidak duduk-duduk bersama mereka.  Adapun hubungan kuat yang menyatukan anda dengan mereka, sama sekali tidak berguna kelak di hari kiamat, dan tidak ada gunanya saat anda sendirian di dalam kubur. Orang yang dekat, suatu saat pasti akan anda tinggalkan atau meninggalkan anda, lalu masing-masing akan menyendiri dengan amal perbuatannya.
 Allah سبحانه و تعالى telah berfirman di dalam Al-Qur'an  "Artinya : Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa" [Az-Zukhruf : 67]
Read more »»  

Bahaya Ghibah

Menjauhi Orang-Orang Yang Suka Ghibah 
Membicarakan dan mencemarkan nama baik kaum muslimin yang tidak mereka sukai adalah merupakan kemungkaran yang besar dan termasuk ghibah yang diharamkan bahkan termasuk dosa besar, berdasarkan firman Allah.  “Artinya : Dan janganlah sebagian kalian ghibah (menggunjing) sebagian yang lain.
Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentulah kalian akan merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya  Allah Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12]  Dan juga berdasarkan sebuah hadits riwayat imam Muslim dalam kitab shahihnya dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda.  “Artinya : Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?. Para sahabat menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang paling tahu.
Kemudian beliau صلی الله عليه وسلم bersabda : Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?. Beliau صلی الله عليه وسلم menjawab : Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan kebohongan)” [HR Muslim : 4690] 
Disebutkan dalam sebuah hadits shahih.  “Artinya : Ketika beliau di mi’rajkan, beliau melewati sekelompok orang yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga. Mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka sendiri dengan kuku tembaga tersebut. Lalu beliau bertanya kepada Jibril : Wahai Jibril siapa mereka itu?. Jibril menjawab : Mereka adalah orang-orang yang sering makan daging manusia, dan mereka yang suka membicarakan kejelekan orang lain” [HR Ahmad dan Abu Dawud dengan sanad jayid dari Anas رضي الله عنه]
 Al-Allamah Ibnu Muflih berkata : Sanad hadits tersebut shahih. Beliau berkata : Dan Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad hasan sebuah hadits dari Abu Hurairah secara marfu.  “Artinya : Sesungguhnya termasuk dosa besar adalah mencemarkan kehormatan seorang muslim tanpa alasan yang hak” [HR Abu Dawud 4234] 
Oleh karena itu wajib bagi anda dan selain anda dari kaum muslimin untuk tidak duduk-duduk dan berbincang-bincang dengan orang yang sedang menggunjing kaum muslimin. Sebaiknya kita harus menasehati dan mengingkari perbuatan tersebut, berdasarkan sabda Nabi صلی الله عليه وسلم.  “Artinya : Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, rubahlah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, rubahlah dengan lidahnya. Jika dia tidak mampu, rubahlah dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman” [HR Muslim 70]  Jika kita tidak sanggup mencegah dan menasehati mereka, maka segeralah kita pergi dan tidak duduk-duduk bersama mereka. Ini termasuk cara mengingkari perbuatan mereka. Mudah-mudahan Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin dan menolong mereka dalam meraih kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhhirat.
Read more »»  

Sikap Suka Dan tidak Disuka Manusia

Sikap-Sikap Yang Disukai Manusia Dan Sikap-Sikap Yang Tidak Disukai Manusia 
SIKAP-SIKAP YANG DISUKAI MANUSIA
[a]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberi Perhatian Kepada Orang Lain. 

Diantara bentuk perhatian kepada orang lain, ialah mengucapkan salam, menanyakan kabarnya, menengoknya ketika sakit, memberi hadiah dan sebagainya. Manusia itu membutuhkan perhatian orang lain. Maka, selama tidak melewati batas-batas syar’i, hendaknya kita menampakkan perhatian kepada orang lain. seorang anak kecil bisa berprilaku nakal, karena mau mendapat perhatian orang dewasa. orang tua kadang lupa bahwa anak itu tidak cukup hanya diberi materi saja. Merekapun membutuhkan untuk diperhatikan, ditanya dan mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Apabila kasih sayang tidak didapatkan dari orang tuanya, maka anak akan mencarinya dari orang lain.

[b]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Mau Mendengar Ucapan Mereka. 

Kita jangan ingin hanya ucapan kita saja yang didengar tanpa bersedia mendengar ucapan orang lain. kita harus memberi waktu kepada orang lain untuk berbicara. Seorang suami –misalnya-ketika pulang ke rumah dan bertemu istrinya, walaupun masih terasa lelah, harus mencoba menyediakan waktu untuk mendengar istrinya bercerita. Istrinya yang ditinggal sendiri di rumah tentu tak bisa berbicara dengan orang lain. Sehingga ketika sang suami pulang, ia merasa senang karena ada teman untuk berbincang-bincang. Oleh karena itu, suami harus mendengarkan dahulu perkataan istri. Jika belum siap untuk mendengarkannya, jelaskanlah dengan baik kepadanya, bahwa dia perlu istirahat dulu dan nanti ceritanya dilanjutkan lagi.  Contoh lain, yaitu ketika teman kita berbicara dan salah dalam bicaranya itu, maka seharusnya kita tidak memotong langsung, apalagi membantahnya dengan kasar. kita dengarkan dulu pembicaraannya hingga selesai, kemudian kita jelaskan kesalahannya dengan baik.

[c]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Menjauhi Debat Kusir. 

Allah berfirman. "Artinya: “Serulah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah, dan nasehat yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang baik,”  Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah dalam kasetnya, menerangkan tentang ayat : "Serulah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah". Beliau berkata, “manusia tidak suka kepada orang yang berdiskusi dengan hararah (dengan panas). Karena umumnya orang hidup dengan latar belakang……..dan pemahaman yang berbeda dengan kita dan itu sudah mendarah daging……..sehinnga para penuntut ilmu, jika akan berdiskusi dengan orang yang fanatik terhadap madzhabnya, (maka) sebelum berdiskusi dia harus mengadakan pendahuluan untuk menciptakan suasana kondusif antara dia dengan dirinya. target pertama yang kita inginkan ialah agar orang itu mengikuti apa yang kita yakini kebenarannya, tetapi hal itu tidaklah mudah. Umumnya disebabkan fanatik madzhab, mereka tidak siap mengikuti kebenaran. target kedua, minimalnya dia tidak menjadi musuh bagi kita. Karena sebelumnya tercipta suasana yang kondusif antara kita dengan dirinya. Sehingga ketika kita menyampaikan yang haq, dia tidak akan memusuhi kita disebabkan ucapan yang haq tersebut. Sedangkan apabila ada orang lain yang ada yang berdiskusi dalam permasalahan yang sama, namun belum tercipta suasana kondusif antara dia dengan dirinya, tentu akan berbeda tanggapannya.

[d]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberikan Penghargaan Dan Penghormatan Kepada Orang Lain. 

Nabi mengatakan, bahwa orang yang lebih muda harus menghormati orang yang lebih tua, dan yang lebih tua harus menyayangi yang lebih muda. Permasalahan ini kelihatannya sepele. Ketika kita shalat di masjid……namun menjadikan seseorang tersinggung karena dibelakangi. Hal ini kadang tidak sengaja kita lakukan. Oleh karena itu, dari pengalaman kita dan orang lain, kita harus belajar dan mengambil faidah. Sehingga bisa memperbaiki diri dalam hal menghormati orang lain. Hal-hal yang membuat diri kita tersinggung, jangan kita lakukan kepada orang lain. Bentuk-bentuk sikap tidak hormat dan pelecehan, harus kita kenali dan hindarkan.  Misalnya, ketika berjabat tangan tanpa melihat wajah yang diajaknya. Hal seperti itu jarang kita lakukan kepada orang lain. Apabila kita diperlakukan kurang hormat, maka kita sebisa mungkin memakluminya. Karena-mungkin-orang lain belum mengerti atau tidak menyadarinya. Ketika kita memberi salam kepada orang lain, namun orang tersebut tidak menjawab, maka kita jangan langsung menuduh orang itu menganggap kita ahli bid’ah atau kafir. Bisa jadi, ketika itu dia sedang menghadapi banyak persoalan sehingga tidak sadar ada yang memberi salam kepadanya, dan ada kemungkinan-kemungkinan lainnya. Kalau perlu didatangi dengan baik dan ditanyakan,agar persoalannya jelas. Dalam hal ini kita dianjurkan untuk banyak memaafkan orang lain.  Allah berfirman. "Artinya: “Terimalah apa yang mudah dari akhlaq mereka dan perintahkanlah orang lain mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” [Al-A’raaf : 199]

 [e]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberi Kesempatan Kepada Orang Lain Untuk Maju. 

Sebagai seorang muslim, seharusnya senang jika saudara kita maju, berhasil atau mendapatkan kenikmatan, walaupun secara naluri manusia itu tidak suka, jika ada orang lain yang melebihi dirinya. Naluri seperti ini harus kita kekang dan dikikis sedikit demi sedikit. Misalnya, bagi mahasiswa. Jika di kampus ada teman muslim yang lebih pandai daripada kita. Maka kita harus senang. Jika kita ingin seperti dia, maka harus berikhtiar dengan rajin belajar dan tidak bermalas-malasan. Berbeda dengan orang yang dengki, tidak suka jika temannya lebih pandai dari dirinya. Malahan karena dengkinya itu dia bisa-bisa memboikot temannya dengan mencuri catatan pelajarannya dan sebagainya.

 [f]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Tahu Berterima Kasih Atau Suka Membalas Kebaikan. 

Hal ini bukan berarti dibolehkan mengharapkan ucapan terima kasih atau balasan dari manusia jika kita berbuat kebaikan terhadap mereka. Akan tetapi hendaklah tidak segan-segan untuk mengucapkan terima kasih dan membalas kebaikan yang diberikan orang lain kepada kita.

 [g]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memperbaiki Kesalahan Orang Lain Tanpa Melukai Perasaannya. 

Kita perlu melatih diri untuk menyampaikan ungkapan kata-kata yamg tidak menyakiti perasaan orang lain dan tetapSampai kepada tujuan yang diinginkan. Dalam sebuah buku diceritakan, ada seorang suami yang memberikan ceramah dalam suatu majelis dengan bahasa yang cukup tinggi, sehingga tidak bisa dipahami oleh yang mengikuti majelis tersebut. Ketika pulang, dia menanyakan pendapat istrinya tentang ceramahnya. Istrinya menjawab dengan mengatakan, bahwa jika ceramah tersebut disampaikan di hadapan para dosen, maka tentunya akan tepat sekali.  Ucapan itu merupakan sindiran halus, bahwa ceramah itu tidak tepat disampaikan di hadapan hadirin saat itu, dengan tanpa mengucapkan perkataan demikian. Hal ini bukan berarti kita harus banyak berbasa-basi atau bahkan membohongi orang lain. Namun hal ini agar tidak melukai perasaan orang, tanpa kehilangan maksud untuk memperbaikinya.

 SIKAP-SIKAP YANG TIDAK DISUKAI MANUSIA
Kita mempelajari sikap-sikap yang tidak disukai manusia agar terhindar dari sikap seperti itu. Maksud dari sikap yang tidak disukai manusia, ialah sikap yang menyelisihi syariat. berkaitan dengan sikap-sikap yang tidak disukai manusia, tetapi Allah ridho, maka harus kita utamakan. Dan sebaliknya, terhadap sikap-sikap yang dibenci oleh Allah, maka harus kita jauhi.  Adapun perbuatan-perbuatan yang tidak disukai manusia ialah sebagai berikut.

Pertama.
Memberi Nasehat Kepadanya Di Hadapan Orang Lain. 
Al Imam Asy Syafii berkata dalam syairnya yang berbunyi.  Sengajalah engkau memberi nasehat kepadaku ketika aku sendirian Jauhkanlah memberi nasehat kepadaku dihadapan orang banyak Karena sesungguhnya nasehat yang dilakukan dihadapan manusia Adalah salah satu bentuk menjelek – jelekkan Aku tidak ridho mendengarnya Apabila engkau menyelisihiku dan tidak mengikuti ucapanku Maka janganlah jengkel apabila nasehatmu tidak ditaati 
Kata nasehat itu sendiri berasal dari kata nashala, yang memiliki arti khalasa, yaitu murni. Maksudnya, hendaklah jika ingin memberikan nasehat itu memurnikan niatnya semata –mata karena Allah. Selain itu, kata nasehat juga bermakna khaththa, yang artinya menjahit. Maksudnya, ingin memperbaiki kekurangan orang lain. maka secara istilah, nasehat itu artinya keinginan seseorang yang memberi nasehat agar orang yang diberi nasehat itu menjadi baik.

Kedua.
Manusia Tidak Suka Diberi Nasehat Secara Langsung. 
Hal ini dijelaskan Al Imam Ibn Hazm dalam kitab Al Akhlaq Was Siyar Fi Mudawatin Nufus, hendaklah nasehat yang kita berikan itu disampaikan secara tidak langsung. Tetapi, jika orang yang diberi nasehat itu tidak mengerti juga, maka dapatlah diberikan secara langsung. 
Ada suatu metoda dalam pendidikan, yang dinamakan metoda bimbingan secara tidak langsung. Misalnya sebuah buku yang ditulis oleh Syaikh Shalih bin Humaid, imam masjidil Haram, berjudul At Taujihu Ghairul Mubasyir (bimbingan secara tidak langsung).  Metoda ini perlu dipraktekkan, walaupun tidak mutlak. Misalnya, ketika melihat banyak kebid’ahan yang dilakukan oleh seorang ustadz di suatu pengajian, maka kita tanyakan pendapatnya dengan menyodorkan buku yang menerangkan kebid’ahan-kebid’ahan yang dilakukannya.

Ketiga.
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Selalu Memojokkannya Dengan Kesalahan – Kesalahannya. 
Yang dimaksud dengan kesalahan-kesalahan disini, yaitu kesalahan yang tidak fatal; bukan kesalahan yang besar semisal penyimpangan dalam aqidah. Karena manusia adalah makhluk yang banyak memiliki kekurangan-kekurangan pada dirinya.  Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alus Syaikh menjelaskan dalam ceramahnya, bahwa ada empat fenomena yang mengotori dakwah Ahlu Sunnah Wal Jamaah. 
[1]. Memandang sesuatu hanya dari satu sisi, yaitu hanya dalam masalah-masalah ijtihadiyah.
 [2]. Isti’jal atau terburu-buru.
[3]. Ta’ashub atau fanatik.
[4]. Thalabul kamal atau menuntut kesempurnaan. 
Syaikh Shalih menjelaskan, selama seseorang berada di atas aqidah yang benar, maka kita seharusnya saling nasehat-menasehati, saling mengingati antara satu dengan yang lain. bukan saling memusuhi. Rasulullah bersabda yang artinya, “janganlah seorang mukmin membenci istrinya, karena jika dia tidak suka dengan satu akhlaknya yang buruk, dia akan suka dengan akhlaqnya yang baik. 
Imam Ibn Qudamah menjelaskan dalam kitabMukhtasar Minhajul Qashidin, bahwa ada empat kriteria yang patut menjadi pedoman dalam memilih teman. 
[1]. Aqidahnya benar.
[2]. Akhlaqnya baik.
[3]. Bukan dengan orang yang tolol atau bodoh dalam hal berprilaku. Karena dapat menimbulkan mudharat.
[4]. Bukan dengan orang yang ambisius terhadap dunia atau bukan orang yang materialistis.

Keempat.
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Tidak Pernah Melupakan Kesalahan Orang Lain. 
Sebagai seorang muslim, kita harus bisa memafkan dan melupakan kesalahan orang lain atas diri kita. tidak secara terus-menerus mengungkit-ungkit, apalagi menyebut-nyebutnya di depan orang lain. terkadang pada kondisi tertentu, membalas kejahatan itu bisa menjadi suatu keharusan atau lebih utama. Syaikh Utsaimin dalam kitab Syarh Riyadush Shalihin menjelaskan, bahwa memaafkan dilakukan bila terjadi perbaikan atau ishlah dengan pemberian maaf itu. Jika tidak demikian, maka tidak memberi maaf lalu membalas kejahatannya.

Kelima.
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Sombong. 
Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, “Tidak akan masuk surga, barang siapa yang di dalam hatinya ada sifat sombong, walau sedikit saja…….. " sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan manusia menjadi sombong.
 [1]. Harta atau uang .
[2]. Ilmu.
[3]. Nasab atau keturunan.

Keenam.
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Terburu-Buru Memvonis Orang Lain. 
Dr. Abdullah Al Khatir rahimahullah menjelaskan, bahwa di masyarakat ada fenomena yang tidak baik. Yaitu sebagian manusia menyangka, jika menemukan orang yang melakukan kesalahan, mereka menganggap, bahwa cara yang benar untuk memperbaikinya, ialah dengan mencela atau menegur dengan keras. Padahal para ulama memilik kaedah, bahwa hukum seseorang atas sesuatu, merupakan cabang persepsinya atas sesuatu tersebut.

Ketujuh.
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Mempertahankan Kesalahannya, Atau Orang Yang Berat Untuk Rujuk Kepada Kebenaran Setelah Dia Meyakini Kebenaran Tersebut. 
Syaikh Abdurrahman bin Yahya Al Mu’allimi rahimahullah berkata, “pintu hawa nafsu itu tidak terhitung banyaknya”. oleh karena itu, kita harus berusaha menahan hawa nafsu dan menundukkannya kepada kebenaran. Sehingga lebih mencintai kebenaran daripada hawa nafsu kita sendiri.

Kedelapan.
Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Menisbatkan Kebaikan Kepada Dirinya Dan Menisbatkan Kejelekan Kepada Orang Lain. 
Syaikh Utsaimin rahimahullah dalam kasetnya yang menjelaskan syarh Hilyatul ‘ilm, tentang adab ilmu. Beliau menjelaskan, bahwa jika kita mendapati atsar dari salaf yang menisbatkan kebaikan kepada dirinya, maka kita harus husnudzan. Bahwa hal itu diungkapkan bukan karena kesombongan, tetapi untuk memberikan nasehat kepada kita.  Dalam kitab Ighasatul Lahfan, Al Imam Ibn Qayyim menjelaskan, bahwa manusia diberi naluri untuk mencintai dirinya sendiri.
 Sehingga apabila terjadi perselisihan dengan orang lain, maka akan menganggap dirinya yang berada di pihak yang benar, tidak punya kesalahan sama sekali. sedangkan lawannya, berada di pihak yang salah. Dia merasa dirinya yang didhalimi dan lawannyalah yang berbuat dhalim kepadanya. Tetapi, jika dia memperhatikan secara mendalam, kenyataannya tidaklah demikian.  Oleh karena itu, kita harus terus introspeksi diri dan hati-hati dalam berbuat. Agar bisa menilai apakah langkah kita sudah benar. Wallahu a’lam.
Read more »»  

Makna Bencana

“Tegakkan shalat untuk mengingat-Ku.” (Qs. Thaha: 14) 
Dalam 6 tahun terakhir (sejak tahun 2004) sbb :
1.Gempa Nabire, Papua, 26 November 2004
2.Gempa dan Tsunami Aceh, 26 Desember 2004
3.Gempa Jogja, 26 Mei 2006
4.Gempa Tasik, Jawa Barat, 26 Juni 2010
5.Gempa dan Tsunami Mentawai, Sumatera, 26 Oktober 2010
6.Letusan Gunung Merapi, Jogja, 26 Oktober 2010 Kemudian ada pula yang menambahkan bahwa Letusan Gunung Krakatau yang menewaskan 36.000 orang terjadi pada tanggal 26 Agustus 1883. Sedangkan yang terjadi di luar negeri diantaranya : Gempa Lisbon, Portugal, 26 Januari 1531 (30 ribu orang tewas)
Gempa di laut Pasific, 26 Januari 1700, yang dikenal sebagai mega earthquake, dimana daerah pesisir utara dan selatan Amerika luluh lantah oleh guncangannya, dan Gempa di Naples, Calabria Italia, 26 Juli 1805 (26 ribu orang tewas).
Terkait dengan angka 26 dan bencana alam / bumi, maka jika dicari kata “bumi” di Al Qur’an akan terdapat 426 ayat (dari 80 Surat) yang menyebutkan kata “bumi”. Menariknya dari 426 ayat tersebut ada 3 ayat (dari 3 Surat berbeda) - yg ketiganya adalah ayat ke 26; yang (“Subhanallah”) isinya kurang lebih sama , yakni suatu peringatan bagi kita semua, sbb :
[1]Ayat 26 Surat 18 Al Kahfi : “...Kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain dari pada-Nya dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.”
[2]Ayat 26 Surat 30 Ar-Ruum: “Dan Kepunyaan-Nya-lah siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk.”
[3]Ayat 26 Surat 31 Luqman : “Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
[4] Selain itu, ayat 126 Surat 4 An-Nissa juga berisi serupa dengan 3 ayat di atas, yakni : “Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yg di bumi; dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi Segala Sesuatu.” Kita diingatkan bahwa langit dan bumi beserta seisinya, yang ghoib maupun yang nyata, termasuk manusia, semuanya adalah makhluk-Nya - yakni kepunyaan Allah Yang Maha Esa karena Dia-lah Sang Maha Penciptanya. Semua tunduk kepada-Nya karena Dia-lah Sang Maha Kuasa. Dan tak ada pelindung bagi keselamatan kita semua selain dari Dia - Sang Maha Pelindung. Semua juga akan kembali kepada-Nya karena Dia-lah Sang Maha Hidup lagi Maha Kekal / Abadi. Jadi, sesungguhnya kita semua (semua makhluk) adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kita semua kembali. Dengan demikian, jika kita mau introspeksi, maka tidaklah pantas jika kita berlaku sombong, serakah dan berbuat kedzaliman di muka bumi ini serta berbuat ingkar / durhaka pada Allah swt – Tuhan Semesta Alam. [B]Gambaran Azab Allah[/B] Di dalam Al Qur’an, kata “azab” terdapat dalam 319 ayat (dari 71 Surat), tiga diantaranya pada ayat ke 26, dari 3 surat berbeda sbb :
[1]Ayat 26 Surat 35 Faathir :“Kemudian Aku azab orang-orang yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat kemurkaan-Ku.”
[2]Ayat 26 Surat 39 Az-Zumar : “Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. Dan sesungguhnya azab pada hari akhirat lebih besar kalau mereka mengetahui.”
[3]Ayat 26 Surat 42 Asy-Syuura : “..dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang sangat keras.”
Diantara kandungan atau isi dari 319 ayat (yang memuat kata “azab”) tersebut, sebagian menceritakan tentang adanya azab yang sangat keras (api neraka) bagi orang-orang kafir (yang mengingkari ayat-ayat Al Qur’an dan yang durhaka kepada Allah swt. Sebagian lain menceritakan azab (kecil) yang ditimpakan di dunia oleh Allah terhadap kaum yang memusuhi para Nabi. Dengan demikian apabila dikaitkan dengan bencana alam di Indonesia, maka tidaklah arif jika serta-merta kita menyimpulkan bahwa yang terkena bencana alam adalah termasuk kaum kafir sehingga mendapat azab. Alasannya : [#]Tentu bukan hak kita (melainkan hak Allah) untuk menilai demikian. Apalagi jelas bahwa di berbagai tempat yang terkena bencana alam juga meliputi daerah yang penduduknya sangat religius. Karena, kalau demikian halnya, kenapa bencana alam tidak terjadi di kawasan atau daerah atau Negara yang ada (banyak) tempat dan pelaku maksiatnya? Allah Maha Tahu. Keimanan, kemungkaran, kemusyrikan dan kekafiran adalah “perbuatan” hati. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari Jalan-Nya dan Dia pula lah yang paling mengetahui, siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Najm 53:30)
Jika kita langsung menghakiminya dengan sebutan sebagai azab Allah, maka yang dipakai adalah prasangka negatif atau interpretasi yang tendensius (bahwa yang tertimpa bencana adalah kafir/sesat) sehingga menjadi tidak produktif atau tidak bermanfaat bagi diri kita sendiri maupun bagi korban yang terkena musibah atau bencana. Bisa jadi malah akan menimbulkan ungkapan-ungkapan sinis dan sikap yang tidak empati. Jadi akan lebih arif jika kita mengambil gambaran bencana alam yang dasyat yang terjadi akhir-akhir ini (dimana manusia ternyata tidak berdaya menghadapinya) dipakai sebagai gambaran dasyatnya kuasa Allah swt apabila azab-Nya kelak diberlakukan bagi orang-orang kafir alias tidak beriman – apalagi azab neraka. [/#] [B]Hidup Adalah Cobaan[/B] Sesungguhnya kehidupan di dunia itu adalah cobaan atau ujian Allah swt bagi seluruh manusia untuk mengetahui mana diantaranya yang beriman kepada-Nya. “Apakah orang mengira akan dibiarkan cukup menyatakan kami beriman dan mereka tidak akan diuji ? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka dan mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut 29:2-3) Satu sisi, Allah adalah Tuhan pada setiap kondisi dimana Allah swt terus-menerus mengurus makhluknya sepanjang waktu dengan rahmat-Nya. Satu sisi lainnya, manusia diuji siapakah yang bisa bertahan dan kuat keimanannya untuk menjadi hamba-Nya juga pada setiap kondisi. Bisa tidak manusia bersikap sabar dan syukur serta tawakal kepada-Nya dalam kondisi apapun di sepanjang waktu hidupnya sehingga bisa kembali pada-Nya dalam kondisi “khusnul khotimah” ? Oleh karena itu, kita telah diingatkan oleh Nya bahwa segala kejadian dan apa-apa yang dialami dan dimiliki manusia, baik berupa kebaikan atau keburukan ; kemudahan atau kesusahan; maupun berupa kesenangan dan kesedihan, serta harta, perhiasan, jabatan, pangkat, kedudukan, keluarga, anak, istri/ suami, maupun yang lainnya, semuanya adalah cobaan atau ujian. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiyaa 21:35) “Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku”. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.”(QS. Az-Zumar 39:49) Dengan demikian jika semua kejadian atau peristiwa apapun adalah cobaan / ujian dari Nya, maka ketika ada musibah / bencana maupun ketika tidak ada musibah / bencana adalah sama saja – semua adalah cobaan atau ujian keimanan kita - bisa terus bersabar dan bersyukur serta tawakal tidak kita ? Sementara rahmat Allah tidak terputus oleh waktu dan tidak tersembunyi oleh jarak – jika kita memahami. Jadi menjadi kurang arif jika terkait bencana alam yang sering terjadi di tanah air akhir-akhir ini dikatakan bukan sebagai cobaan / ujian. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan :”Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada Nya lah kami kembali). Merekalah itulah yang mendapat keberkatan sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah 2:155-157) Tidak ada hal yang kebetulan di dunia ini, semuanya telah diatur oleh Allah swt. Tergantung pada diri kita masing-masing dalam menyikapi suatu peristiwa. Bagi orang yang beriman tentu akan menyikapi segala sesuatu dengan prasangka yang baik kepada Allah swt, yakni bahwa : Allah swt memiliki rencana, kehendak dan kuasa untuk mengatur semua makhluk-Nya. Tentu kita meyakini bahwa tak ada yang sia-sia semua yang terjadi atau yang diciptakan-Nya. Semua pasti mengandung hikmah, sebagaimana firman-Nya : “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yg ada di antara keduanya tanpa hikmah.” (QS. Shaad 38:27) Dengan cara menyikapi yang demikian, maka bagi orang yang beriman pasti memiliki pemahaman bahwa apa saja jika disikapi dengan prasangka baik kepada Allah swt maka akan ada hikmah yang dapat dipetiknya, yakni menjadi ladang ilmu dan amal bagi kita semua. Dalam memandang peristiwa bencana alam, seperti gempa tektonik (gerak / benturan lempengan bumi) dan meletusnya gunung berapi, kita bisa menjadikan ladang ilmu bagi kita semua. Sebagai ladang ilmu, karena kita bisa menjadi tahu atau paham bahwa Allah memang Maha Besar lagi Maha Pemurah. Langit dan Bumi yang diciptakan-Nya dan diperuntukkan untuk kehidupan manusia, sesungguhnya diciptakan dengan struktur yang sangat canggih dimana magma bumi yang sangat panas dibungkus oleh lapisan kulit bumi atau lempeng bumi yang berlapis-lapis dengan deretan gunung-gunung berapi, yang semuanya bersifat dinamis sepanjang masa. “Dan tidaklah Kami (Allah) ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya dengan bermain-main.” (QS. al-Anbiyaa : 21:16). Kedinamisan lempeng bumi ini (prosesnya yang telah berlangsung jutaan tahun) telah “membentuk” permukaan bumi seperti yang kita lihat sekarang ini, dimana kepulauan Indonesia dikelilingi “pertemuan” lempeng bumi dan deretan gunung berapi (“ring of fire”). Proses dinamisasi lempeng bumi mengakibatkan adanya perubahan-perubahan posisi, seperti daratan yang tadinya adalah lautan atau sebaliknya yang dulu daratan menjadi lautan serta terbentukannya lembah-lembah, bukit-bukit dan pegunungan. Mineral-mineral yang terkandung bumi adalah akibat dinamisasi bumi tersebut, termasuk adanya batubara dan minyak bumi, misalnya, yang berasal dari bahan organik (yang begitu lama tertimbun dalam lapisan tanah atau batuan) sehingga mengalami proses kimiawi sejak berjuta tahun yang lalu dan berlangsung dalam rentang waktu yang juga berjuta tahun. Dengan demikian tanah air Indonesia yang kaya dan subur itu adalah konsekuensi dari kondisi geografis yang dikelilingi oleh lempeng-lempeng bumi beserta jajaran gunung berapinya. Dan sudah menjadi konsekuensi pula bila frekuensi gempa dan aktivitas gunung berapi (letusan) sering terjadi di Indonesia, karena hal itu adalah proses alam yang memang harus terjadi. Dengan cara itulah alam (Allah melalui alam) memberi manfaat bagi manusia untuk kehidupannya. Bahwa dampaknya menelan korban jiwa bagi manusia, maka hal itu juga menjadi salah satu konsekuensinya. Adalah kewajiban manusia untuk berfikir dan mencari solusi agar tidak terjadi korban yang lebih besar pada peristiwa-peristiwa serupa (bencana alam) berikutnya. Dalam hal ini, barangkali ucapan yang disampaikan oleh Surono (Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) tentang Gunung Merapi dapat merepresentasikan penjelasan tersebut, yakni : “Selain Merapi tak pernah ingkar janji, Merapi tak pernah meminta banyak. Justru ia akan memberi banyak manfaat dari pada memberikan kerugian. Merapi sekarang ini sedang menaburkan kesuburan, kemakmuran untuk manusia di mana-mana, untuk kita semua. Seharusnya kita bisa hidup damai berdampingan dengan Merapi.” Kita bisa melakukan amal ibadah dalam berbagai bentuk. Berdoa dan mendoakan untuk para korban bencana / pengungsi, para aparat dan para sukarelawan yang bertugas di daerah bencana adalah bentuk amal yang paling mudah atau ringan. Bentuk lainnya adalah memberi bantuan atau sumbangan baik dalam bentuk uang atau materi untuk para korban bencana, atau bantuan tenaga dan pikiran seperti yang dilakukan para aparat dan para sukarelawan. Puncak kesadaran diri dari hikmah itu semua adalah kesadaran dan pemahaman serta keyakinan atas hakikat Allah – Tuhan Semesta Alam dan hakikat diri sebagai salah satu makhluk-Nya – yang mestinya menjadi hamba-Nya dalam segala kondisi, sehingga akan muncul kesaksian yang haqul-yakin bahwa :
[1]Sesungguhnya Tiada Tuhan Selain Allah (Laa ilaha ilallah)
[2]Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kita kembali (Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun)
[3]Sesungguhnya hanya Allah Yang Maha Suci (Sbahannallah).
[4]Segala Puji Hanya Bagi Allah (Alhamdulillah).
[5]Sesungguhnya hanya Allah Yang Maha Besar (Allahu Akbar).
[6]Sesungguhnya kita tiada daya dan upaya selain dari pertolongan Allah, dan hanya kepada-Nya lah kita berserah diri ; (Bismillaahi tawakkaltu ‘alallahi Laa haula wa laa quwwata illa billaah)
[7]Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah (Inna sholaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillahi robbil ‘aalamiin).
Read more »»  

Senin, 20 Juni 2011

"Mengenal Diri Sendiri"

"Mengenal Diri Sendiri sebagai kunci untuk mengenal ALLAH S.W.T."  

Sebagaimana yang diketahui,bahawa ajaran Ahwal (suatu perolehan dengan kurnia) dan maqamat (suatu perolehan dengan usaha) yang semuanya itu ditujukan untuk memperbaiki akhlak. Sedang tujuan perbaiki akhlak adalah untuk membersihkan qalbu yang berarti mengosongkan dari sifat sifat yang tercela (TAKHALLI) kemudian mengisinya dengan sifat sifat yang terpuji (TAHALLI) yang selanjutnya beroleh kenyataan Tuhan (TAJALLI).
Dengan demikian maka dapatlah difahamkan bahawa jalan untuk mengenal ALLAH ,tidak dapat ditempuh dengan sekaligus,tetapi adalah sesuai dengan peribadi masing masing iaitu harus ditempuh secara bertingkat tingkat.Pada tingkat untuk memasuki Ilmu Hakekat dan Ilmu Ma'rifat,berarti memasuki suatu jalan pengetahuan yang bertujuan untuk mengenal sesuatu itu dengan cara bersungguh sungguh,bahawa siapakah manusia itu,siapakah yang menjadikannya dan siapakah yang menciptakan sekalian itu. Ilmu Tasawwuf meringkaskan jalan pengetahuan ini dengan berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang bermaksud ''Barang siapa yang mengenal dirinya, niscaya ia akan mengenal Tuhannya.''

MENGENAL DIRI SENDIRI
Langkah pertama untuk mengenal diri sendiri ialah dengan mengetahui bahwa diri itu tersusun dari bentuk-bentuk lahir (yang disebut badan atau jasad) dan bentuk-bentuk bathin (yang disebut qalbu atau jiwa). Yang dimaksudkan dengan Qalbu itu bukanlah yang berupa segumpal daging yang berada disebelah kiri badan di bawah susu (yang dikatakan jantung). Tetapi dialah Roh suci dan berpengaruh di dalam tubuh dan dialah yang mengatur jasmani dan segenap anggota badan. Dialah Hakikat Insan Allah (yang dinamakan diri yang sebenarnya diri). Dialah yang bertanggung jawab dan dialah yang dipuji atau diseksa oleh Allah SWT.
Untuk meneliti dan mengenal diri sendiri itu, maka jasad dapat dimisalkan sebagai suatu kerajaan. Dan roh sebagai Rajanya yang berkuasa dan dialah yang mengatur jasmani. Jasmani adalah sebagai suatu Kerajaan dalam bentuk Alamuasyahadah atau Alam Nyata. Seluruh badan jasmani akan hancur binasa setelah mati, tetapi hakikat Roh dan jiwa tidak akan mati, ia tetap tinggal dalam Ilmu Allah. Dan Rohani / Jiwa adalah sebagai Raja dalam bentuk Alam Ghaib, maksudnya bahawa Roh / Jiwa itu adalah ghaib, keadaannya tidak terpisah-pisah, tidak terbatas oleh waktu dan ruang, tidak tentu tempatnya dalam sesuatu bahagian tubuh, oleh kerana itu maka setiap manusia adalah merupakan pemerintah di atas kerajaan kecil didalam dirinya sendiri. Sungguh benar sekali istilah yang menyebutkan bahawa ''Manusia itu adalah mikromos'' atau dunia kecil dalam dirinya sendiri.

Sebahagian orang berpendapat bahawa hakekat Qalbu atau Roh itu dapat dicapai dengan cara memejamkan kedua matanya serta melupakan segala yang ada di sekitarnya, kecuali peribadinya. Dengan cara begitu akan dapat juga kilauan dari alam abadi kepada peribadinya (dalam mengenal dirinya). Tetapi bagaimanapun juga segala pertanyaan yang mendalam tentang hakikat Roh yang sesungguhnya, adalah tidak diizinkan oleh Allah Yang Maha Esa. Didalam Quran Allah berfirman: 

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً
Wayasaloonaka AAani alrroohi quli alrroohu min amri rabbee wama ooteetum mina alAAilmi illa qaleelan
Artinya :
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".(QS : Al Israa' , ayat 85)
 

. Apabila seseorang bertafakur atas dirinya sendiri, maka ia akan dapat mengetahui bahawa dirinya itu pada masa dahulunya, ''tidaknya pernah ada''. Firman Allah: ''Tidaklah manusia itu ingat bahawa kami menjadikannya dahulunya sedang ia belum ada suatu apapun''. Kemudian manusia itu akan mengetahui bahawa ia sebenarnya dijadikan dari setitis air (mani) yang tidak mempunyai akal sedikitpun, tidak mempunyai pendengaran, penglihatan, kaki, tangan, kepala dan sebagainya. Dari sinilah manusia akan mengetahui dengan terang dan nyata, bahawa tingkat kesempurnaan yang ia dapat capai bukanlah ia yang membuatnya, kerana sehelai rambut pun manusia itu tidak akan sanggup membuatnya.

Dengan jalan memikirkan hal tersebut diatas maka manusia itu dapat menemukan dirinya di dalam kejadian yang sangat kecil bila dibandingkan dengan Kekuasaan dan Kasih-Sayangnya Tuhan yang menjadikannya. Dan apabila manusia itu berfikir jauh maka ternyata didalam kehidupan ia memerlukan berbagai macam keperluan seperti makanan, pakaian, perumahan dan sebagainya ,yang kesemuanya itu telah tersedia lengkap didalam muka bumi ini. Disini manusia akan menjadi sedar akan sifat Rahman dan Rahimnya Allah yang begitu besar dan luasnya. Demikianlah alam dunia yang diciptakan Allah penuh dengan keajaiban keajaiban. Rangka jasad adalah bukti Kekuasaan dan KebijaksanaanNya dan penuh pula dengan berbagai-bagai alat kelengkapan yang dibuatNya sebagai tanda Kasih Sayang-Nya, pada keperluan hidup manusia, maka oleh kerana itu manusia akan mengetahui bahawa Allah itu ''ADA''. Oleh kerana itu benar-benar bahawa dengan penelitian dan pengenalan diri sendiri akan menjadi kunci bagi pengenalan Allah.

MENGENAL ALLAH

Bahagian yang penting dalam mengenal ALLAH, datangnya dari perbuatan perbuatan kita bagi mempelajari dan meneliti serta memikirkan diri sendiri, yang memberikan kepada kita kekuatan,kepandaian dan mencintai ciptaanNya. Sifat sifat manusia, bukan hanya menjadi gambaran dari sifat sifat ALLAH, tetapi juga ragam adanya jiwa manusia membawa keinsafan kepada pengertian adanya ALLAH. Maksudnya bahawa kedua duanya iaitu ALLAH dan ROH adalah ghaib, tidak terpisah, tidak terbilang, tidak berupa, tidak berbentuk, tidak berwarna dan tidak berukuran.
Manusia mendapat kesukaran dalam menerima gambaran tersebut, Tetapi kesukaran kesukaran itu sememangnya dirasakan oleh fikiran kita setiap masa seperti perasaan marah,sakit ,gembira dan cinta.Hal ini merupakan faham fikiran dan tidak dapat diketahui oleh otak kerana disebebkan oleh bentuk-dan ukurannya. Seperti halnya, telinga tidak dapat mengenal warna, mata tidak dapat mengenal suara dan begitu pula dalam mengertikan kenyataan kenyataan pokok yakni Tuhan dan Roh, Kita sendiri hanya dapat sampai pada batas batas yang dapat dicapai oleh akal fikiran dan selebihnya akal fikiran kita tidak sanggup lagi memikirkannya sebegitu jauh. Betapapun juga ,kita dapat melihat bahawa ALLAH itulah yang mengatur alam semesta dan Dia adalah tidak mengenal ruang dan waktu, tidak mengenal bentuk dan ukuran, yang memerintah segenap perkara demikian keadaannya.Sebagaimana yang telah dihuraikan,, ''ROH'' tidak mempunyai tempat tertentu dalam sesuatu bahagian badan, tidak terpisah pisah,tidak mengenal bentuk dan ukuran tetapi ia memerintah "JASAD". Demekianlah ALLAH, tidak mengenal ruang dan masa,tidak mengenal bentuk dan ukuran tetapi DIA memerintah Alam Semesta. Itulah Tuhan Yang Esa,Maha Kuasa,Maha Besar dan Maha Agung.

Sumber: terjemahan dari kitab ''KimyauSaadah'' oleh Al Ghazali.

Read more »»