Profil

Selasa, 06 Desember 2011

Orang Islam Identik Dengan Kaya

Wah, ngeledek nih judulnya, berarti orang miskin itu bukan Islam dong ?, lho iya, bisa jadi orang itu gak ngerti Islam dan gak meneladani tokoh-tokoh Islam termasuk Nabi SAW dan para Sahabatnya. Bukannya Nabi SAW dan para Sahabatnya itu miskin buktinya pernah kelaparan ?! siapa bilang ? pernah sih miskin, tapi Cuma sebentar yaitu ketika masa diembargo/diboikot oleh Kaum Kafir di Makkah. Tapi coba kita lihat fakta sejarah :
  • Nabi menjadi Pedagang sejak usia 12 tahun dan menjadi Pengusaha selama 25 tahun.
  • Beliau berdagang ke Luar Negeri setidaknya 18 kali, menjangkau Syiria, Yaman, Bashra, Iraq, Yordania dan Bahrain
  • Nabi Menyerahkan puluhan Unta muda untuk Mas Kawin Beliau
  • Beliau juga Memiliki banyak unta perah dan 20 untanya pernah dirampas oleh Uyainah bin Hishn
  • Beliau memilii unta pilihan (Al-Qoshwa) dan Keledai pilihan untuk memudahkan perjalanan dan perjuangan
  • Hanya saja gaya hidup Beliau sangat-sangat sederhanan, makanya beliau hanya memakai pakaian, alas tidur dan makanan ala kadarnya.
Adakah para Sahabat Nabi yang tidak kaya ? diantara empat Sahabat Nabi yang tidak kaya hanyalah Ali bin Abi Thalib yang tidak kaya, tapi beliau sangat-sangat kaya Ilmu.
  • Umar bin Khattab mewariskan 70.000 properti senilai Triliunan rupiah.
  • Ustman bin Affan mewariskan property sepanjang Aris dan Khaibar senilai triliunan rupiah
  • Abu Bakar mensedekahkan seluruh harta kekayaannya juga bernilai triliunan rupiah.
Bagaimana dengan Sahabat yang lain ? diantara 10 Sahabat Nabi SAW yang dijamin masuk Sorga ternyata hampir semuanya orang kaya salah satunya adalah Abdurrahman bin Auf, meski beliau sering sedekah besar-besaran namun Beliau masih mewariskan harta senilai triliunan rupiah. Istri Kesayangan Nabi SAW Khadijah ternyata jauh lebih kaya daripada Nabi SAW.
Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para Pedagang, mereka adalah orang-orang kaya. Pendiri NU Hasyim Asy'ari dan Muhammadiyah KH.Ahmad Dahlan adalah Saudagar yang kaya raya. Serikat Dagang Islam yang turut memperjuangkan kemerdekaan Negeri ini adalah sekumpulan orang-orang kaya.
Jadi kalau ada seorang Muslim yang membiarkan dirinya terus-terusan miskin berarti dia telah mengkhianati para teladannya termasuk mengkhianati Rosulullah SAW. Lho kok gitu ? lha iyalah, coba kita lihat lagi pesan Nabi SAW dan Umar bin Khatthab berikut ini :
Suatu waktu Umar bertanya kepada seseorang yang sudah lanjut usia " apa menghalangimu mengelola dan menanami tanah pekaranganmu ini ? ", maka dijawablah " aku ini sudah tua renta, mungkin besok aku sudah wafat ", lantas Umar menanggapinya agar orang tua itu segera menanami tanahnya dan Umarpun sempatkan membantu menanami tanah itu.
Soal kerja, Umar sering menasehati " Cukupilah dirimu niscaya Agamamu akan lebih terpelihara, dan kamu akan lebih mulia ", Umar bukan hanya menasehati, bahkan setiap usai sholat shubuh umar langsung bergegas menuju kebunnya di Juruf, ia berusaha memenuhi kebutuhan dirinya.
Terkait dengan ini Nabi SAW, juga berwasiat " di antara dosa-dosa, ada dosa yang dapat terhapus dengan puasa dan sholat, ia hanya bisa dihapus dengan susah payah mencari nafkah ", wasiat beliau lainnya " Allah menyukai hambanya yang berkarya dan terampil, sesiapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka ia serupa dengan Pejuang di Jalan Allah", jadi kerja ternyata bentuk ibadah tertinggi.
Umar juga mengajak para pekerja/karyawan untuk memiliki pendapatan tambahan, kurang lebih nasehatnya begini :" jika keluar gaji, maka sebagian belikan kambing, demikian juga gaji selanjutnya ", intinya Umar mengajak para karyawan agar memiliki asset/investasi produktif yang bisa mencetak uang terus-menerus. Umar juga mengajak orang-orang berdagang dengan nasehatnya " Berdagang itu merupakan sepertiga harta", Umar sendiri memiliki asset 70.000 properti senialai triliunan rupiah.
Allah sendiri Maha Kaya Raya dan selalu memberikan Kekayaan dan Kecukupan kepada kita semua, gak pernah Allah SWT menyuruh kita miskin, gak percaya cari dalilnya ( sampai gagak ubanan gak akan pernah ketemu ) lha wong kita diperintahkan Zakat dan memperbanyak Sedekah, diperintahkan untuk Haji dan Umroh serta dianjurkan membiayai orang lain untuk Haji dan Umroh, disuruh menuntut ilmu dan membiayai kegiatan keilmuan, harus menafkahi keluarga dan mencukupkan ahli waris, menyantuni orang tua yang sudah sepuh, orang-orang fakir miskin serta anak yatim, menegakkan ekonomi syari'ah dan membangun sarana ummat, meningkatkan bargaining position ummat Islam dan mengembangkan Dakwah dan Syi'ar Islam, semuanya itu perlu dana yang besar, lha kok kita mau bergembira ria dan bersantai ria dengan kemiskinan.
Masih gak percaya, kalo kita itu wajib kaya ?, kita lihat lagi nasehat Nabi SAW berikut : " Kefakiran itu dekat sekali dengan Kekafiran ", " Allah lebih menyukai Muslim yang kuat iman dan nafkahnya dari pada muslim yang lemah ". coba kita analisis juga isi ayat An-Najm : 43-48 berikut ini :
Allahlah yang menjadikan tertawa dan menangis
Allahlah yang menjadikan kematian dan kehidupan,
Allahlah yang menjadikan laki-laki dan perempuan
Allahlah yang memberikan kekayaan dan kecukupan (bukan kemiskinan),
Jadi Allah hanya memberi kita Kekayaan dan Kecukupan, hidup kita ini sebenarnya selalu dimuliakan dan dimanja oleh Allah SWT, lha kalo kita miskin ? itu pasti karena salah kita sendiri. Masih mau membantah ? mari kita telaah lagi ayat-ayat berikut ini :
" Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami Mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi Saksi ".(An-Nisa :79 )
" Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.” ( Yaasin :19 )
" Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah Memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)"..(Asy-Syuro : 30)
" Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar ".
(An-Nisa :9 )
Gimana? Cukup ?, bandelnya kita itu gak mau niru Nabi SAW, padahal perbedaan kita dengan Nabi SAW itu Cuma SEDIKIT saja, makanya kita gak kaya-kaya ! gak percaya ? kita lihat lagi yang ini :
  • Nabi itu sedikit-sedikit beribadah, kita sedikit ibadahnya
  • Nabi itu sedikit-sedikit sedekah, kita sedikit sedekahnya
  • Nabi itu sedikit-sedikit sholat sunnah, kita sedikit sholat sunnahnya
  • Nabi sedikit tidurnya, kita sedikit-sedikit tidur
  • Nabi sedikit makannya, kita sedikit-sedikit makan terus
  • Nabi itu sedikit bicaranya, kita sedikit-sedikit bicara bahwkan bicarakan orang
Nah, kan Cuma sedikit tho bedanya ? harusnya kita bisa niru Nabi dong ! he he he…, terus gimana dong caranya kita bisa dengan mudah Kaya Raya ? ikuti note berikutnya dengan judul " YEN TEKUN MESTI TEKAN " so selalulah tekun bersedekah walau masih belum bisa banyak, maka yang banyak itu akan sampai (tekan) kepada kita
Read more »»  

Cara Membenci yang Baik

Lho... Masa membenci bisa baik?? Bukankah membenci sifat buruk yang dilarang?
Untuk mengetahuinya, yuk kita teladani apa yang sudah diajarkan Allah dan RasulNya...
Bolehkah Membenci?
"Tali iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah." (HR. At-Tirmidzi)
"Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna imannya" (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Dari dalil-dalil di atas maka jelaslah, bahwa belum sempurna iman seorang muslim kalau dia hanya sanggup mencintai atau menyukai saja. Bahkan benci bukan hanya diperbolehkan, justru "kemampuan membenci" adalah suatu kewajiban bagi orang yang mengaku mengimani ajaran Islam.
Siapa Saja dan Sampai Kapan yang Boleh Kita Benci?
Pada dasarnya, kita berkewajiban membenci apa saja yang dibenci Allah, secara menerus dan penuh komitmen.
"Allah membenci tiga perkara yaitu mengumpat, berjudi dan membazirkan uang." (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Masih banyak contoh lainnya, namun dari satu hadits saja dapat kita ambil kesimpulan:
1. Semua yang dibenci Allah dan RasulNya wajib kita benci juga.
2. Yang dibenci adalah sifat / perbuatan / perkataannya.
3. Tidak membenci orangnya secara pribadi. Karena yang boleh dan wajib kita benci hanya sifat/perbuatannya, maka wajib pula bagi kita memaafkan orang yang telah berlepas diri dari sifat tersebut.
"Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. An-Nuur: 22)
Jadi saat ada orang yang kita benci berhenti melakukan keburukan itu, dan meminta maaf kepada kita, sebenarnya kitalah yang lebih membutuhkan maaf itu, karena dengan memaafkannya akan membuka pintu ampunan dari Allah. Sedangkan sudah tak terhitung lagi betapa banyak dosa yang telah kita lakukan.
4. Kebencian terhadap sifat tersebut bersifat permanen. Kita diwajibkan memaafkan orang yang berbuat salah, namun kita harus tetap membenci perbuatan yang salah itu. Allah dan rasulNya tidak pernah mengubah hal-hal yang wajib dicintai maupun dibenci dari sejak penciptaan alam semesta sampai hari Kiamat. Allah senantiasa mencintai ahli syukur, dan senantiasa membenci maksiat. Tidak ada "masa promo" di mana maksiat diperbolehkan. Dan kewajiban kita pula untuk tetap konsisten.
Introspeksi Diri
Dalam membenci, yang paling penting adalah kita harus menanyakan pada diri kita sendiri: apakah sifat-sifat yang dibenci itu ada dalam diri kita sendiri?
Bila masih ada, maka seharusnya kita senantiasa merasa malu apabila masih ada orang yang menyukai kita apalagi Allah masih mencurahkan banyak nikmatNya kepada kita, karena hakikatnya sifat-sifat yang kita miliki tadi termasuk yang wajib dibenci.
Maka dengan menyadari hal itu, selain mengingatkan orang lain dengan cara yang santun, kita wajib memperbaiki sifat-sifat buruk dalam diri kita karena:
"Allah tidak mengubah kondisi suatu kaum sampai mereka mengubahnya sendiri" (QS Al-Ra'd 11)
Read more »»  

Kesombongan yang paling buruk adalah menyombongkan diri dengan ilmu

Kesombongan yang paling buruk adalah orang yang menyombongkan diri di hadapan manusia dengan ilmunya, merasa dirinya besar dengan kemuliaan yang dia miliki.
Bagi orang tersebut tidak bermanfaat ilmunya untuk dirinya.
Barangsiapa yang menuntut ilmu demi akhirat maka ilmunya itu akan menimbulkan hati yang khusyuk serta jiwa yang tenang. Dia akan terus mengawasi dirinya dan tidak bosan untuk terus memperhatikannya, bahkan setiap saat dia selalu introspeksi dan meluruskannya. Apabila dia lalai dari hal itu, dia akan menyimpang dari jalan yang lurus dan akan binasa.
Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk membanggakan diri dan meraih kedudukan, memandang remeh kaum muslimin yang lainnya serta membodoh-bodohi dan merendahkan mereka, maka hal ini merupakan kesombongan yang paling besar.
Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sebesar dzarrah (biji sawi).
Laa haula wa laa quwwata illaa billah.
Read more »»