Pembahasan keanggotaan Turki di Uni Eropa seakan sebuah labirin yang tak kunjung jelas "jluntrungannya" dan ujungnya.
Meski
telah mengajukan keanggotaan lebih dahulu dari beberapa negara Baltik
eks-Soviet seperti Latvia, Lithuania, dan Estonia, yang bergabung ke
dalam klub negara Euro tersebut pada tahun 2005, tapi status keanggotaan
Turki di Uni Eropa masih menggantung.
Padahal,
beberapa agenda dan tuntutan reformasi yang diajukan oleh Uni Eropa
kepada Turki sebagai pra-syarat keanggotaan Turki di Uni Eropa telah
sebaik mungkin dilakukan oleh pihak Turki, bahkan jauh lebih baik
dibanding negara-negara Eropa Timur, seperti Bulgaria dan Romania, yang
belakangan juga ikut bergabung masuk ke Uni Eropa.
Banyak
analis yang berpendapat, sikap setengah hati Uni Eropa tersebut lebih
dikarenakan berpangkal pada beberapa masalah masalah krusial. Pertama,
masalah sentimen keagamaan. Dalam artian, Uni Eropa adalah "klub
negara-negara Kristen", sementara Turki adalah negara Muslim terbesar di
Eurasia (kawasan Eropa-Asia).
Masalah
kedua, adalah masalah sejarah. Bagaimana pun, Turki adalah pewaris
utama dari dinasti Turki-Utsmani (Ottoman), sepertihalnya Russia yang
menjadi pewaris Uni Sovyet. Pada masa kejayaannya yang merentang dari
abad ke-15 sampai ke-18 M, Ottoman adalah adidaya dunia.
Ottoman
menguasai Laut Tengah yang merupakan Laut Eropa "plus" pulau-pulau yang
bertebaran di sana, selain juga "menjajah" sepertiga wilayah Eropa,
khususnya Eropa Timur dan Eropa Tenggara. Bisa jadi, Eropa saat ini
masih menyimpan "kekhawatiran" akan terulang kembalinya sejarah
kebesaran masa lalu Turki tersebut.
Selain
dua masalah di atas, secara luas wilayah dan jumlah penduduk, Turki
bukanlah terhitung sebagai negara yang kecil. Luas Turki hampir menyamai
Jerman, dan jumlah penduduknya bisa jadi yang terbanyak, yaitu sekitar
85 juta jiwa.
Jumlah
penduduk itulah yang dikhawatirkan oleh sebagian pengambil kebijakan di
Uni Eropa akan menjadi "arus imigrasi besar-besaran yang menyerbu
Eropa".
Saat
ini saja, lebih dari 9 juta keturunan Turki hidup di beberapa negara
Uni Eropa, kebanyakan berpusat di Jerman. Di sana, orang-orang Turki
telah berhasil membentuk komunitas besar yang independen dan agresif.
Citra
Islam progresif yang berkembang di Jerman dan di beberapa negara Eropa
pun adalah citra Islam Turki, yang dicitrakan lebih baik dari citra
Islam yang dibawa oleh imigran Arab.
|
Selasa, 09 Agustus 2011
Ketakutkan Eropa Jika Turki Menjadi Anggota Uni Eropa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar