Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR. Muslim)
Mengenal kosa kata
Huffat: Berasal dari kata al-hafaf (الحَفَاف) yang berarti sesuatu yang meliputi sesuatu yang lain yang berarti surga dan neraka itu diliputi sesuatu. Seseorang tidak akan memasuki surga dan neraka kecuali setelah melewati hijab terebut. Dalam riwayat Bukhari kata huffat diganti dengan kata hujibat (حُجِبَت ) yang berarti tabir, hijab ataupun pembatas dan keduanya memiliki makna sama. Hal ini ditegaskan Ibnul Arabi sebagaimana dinukil Ibnu Hajar dalam Fathul Baari.
Al-Jannah: Kampung kenikmatan.
Al-Makarih: Perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) berupa ketaatan dan ketundukan terhadap aturan-aturan Allah Ta’ala. An-Nar: Kampung siksaan dan adzab. Asy-Syahawat: Nafsu yang condong kepada kejelekan-kejelekan.
Penjelasan ulama tentang hadits ini
Saudariku, semoga Allah merahmatimu. Agar lebih memahami makna hadits diatas alangkah baiknya kita simak penuturan Imam Nawawi rahimahullah berikut ini, “Para ulama mengatakan,’Hadits ini mengandung kalimat-kalimat yang indah dengan cakupan makna yang luas serta kefasihan bahasa yang ada pada diri Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam. Sehingga beliau membuat perumpamaan yang sangat baik dan tepat. Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa seseorang itu tidak akan masuk surga sehingga mengamalkan perkara-perkara yang dibenci jiwa, begitupula sebaliknya seseorang itu tidak akan masuk neraka sehingga ia mengamalkan perkara-perkara yang disenangi oleh syahwat. Demikian itu dikarenakan ada tabir yang menghiasi surga dan neraka berupa perkara-perkara yang dibenci ataupun yang disukai jiwa. Barangsiapa yang berhasil membuka tabir maka ia akan sampai kedalamnya. Tabir surga itu dibuka dengan amalan-amalan yang dibenci jiwa dan tabir neraka itu dibuka dengan amalan-amalan yang disenangi syahwat. Diantara amalan-amalan yang dibenci jiwa seperti halnya bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah Ta’ala serta menekuninya, bersabar disaat berat menjalankannya, menahan amarah, memaafkan orang lain, berlaku lemah lembut, bershadaqah, berbuat baik kepada orang yang pernah berbuat salah, bersabar untuk tidak memperturutkan hawa nafsu dan yang lainnya. Sementara perkara yang menghiasi neraka adalah perkara-perkara yang disukai syahwat yang jelas keharamannya seperti minum khamr, berzina, memandang wanita yang bukan mahramnya (tanpa hajat), menggunjing, bermain musik dan yang lainnya. Adapun syahwat (baca:keinginan) yang mubah maka tidak termasuk dalam hal ini. Namun makruh hukumnya bila berlebih-lebihan karena dikhawatirkan akan menjerumuskan pada perkara-perkara haram, setidaknya hatinya menjadi kering atau melalaikan hati untuk melakukan ketaatan bahkan bisa jadi hatinya menjadi condong kepada gemerlapnya dunia.”(Syarhun Nawawi ‘ala Muslim, Asy-Syamilah).
Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Baari berkata,
“Yang dimaksud dengan al-makarih (perkara-perkara yang dibenci jiwa) adalah perkara-perkara yang dibebankan kepada seorang hamba baik berupa perintah ataupun larangan dimana ia dituntut bersungguh-sungguh mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan tersebut. Seperti bersungguh sungguh mengerjakan ibadah serta berusaha menjaganya dan menjauhi perbuatan dan perkataan yang dilarang Allah Ta’ala. Penggunaan kata al-makarih disini disebabkan karena kesulitan dan kesukaran yang ditemui seorang hamba dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangan. Adapun yang dimaksud syahwat disini adalah perkara-perkara yang dilakukan untuk menikmati lezatnya dunia sementara syariat melarangnya. Baik karena perbuatan tersebut haram dikerjakan maupun perbuatan yang membuat pelakunya meninggalkan hal yang dianjurkan. Seakan akan Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengatakan seseorang tidaklah sampai ke surga kecuali setelah melakukan amalan yang dirasa begitu sulit dan berat. Dan sebaliknya seseorang tidak akan sampai ke neraka kecuali setelah menuruti keinginan nafsunya. Surga dan nereka dihijabi oleh dua perkara tersebut, barangsiapa membukanya maka ia sampai kedalamnya. Meskipun dalam hadits tersebut menggunakan kalimat khabar (berita) akan tetapi maksudnya adalah larangan.” (Fathul Baari 18/317, Asy-Syamilah)
Hiasai harimu dengan hadist ini
Syaikh Abdurrazzaq hafidzahullah memberikan contoh kepada kita bagaimana cara mengaplikasikan hadits ini dalam kehidupan sehari-hari, beliau berkata,
“Kunasehatkan
bagi diriku sendiri dan saudaraku sekalian. Jika engkau mendengar adzan
telah dikumandangkan ‘hayya alash shalah hayya ‘alal falah’ namun
jiwamu merasa benci melaksanakannya, mengulur-ulur waktu dan merasa
malas. Ingatkan dirimu tentang hadits ini bahwa surga itu diliputi
perkara-perkara yang dibenci jiwa.
Jika
kewajiban membayar zakat telah tiba dan jiwamu merasa malas
mengeluarkannya serta membagikannya kepada fakir miskin maka ingatkan
dirimu dengan hadits ini bahwa surga itu diliputi perkara yang dibenci
jiwa.
Jika
waktu puasa telah tiba sementara jiwamu merasa enggan menunaikannya,
ingatkan dirimu dengan hadits ini. Sungguh surga itu diliputi perkara
yang dibenci jiwa.
Begitu
juga ketika jiwamu merasa malas untuk berbakti kepada orang tua, enggan
berbuat baik kepada keduanya dan merasa berat memenuhi hak-haknya,
ingatkan dirimu dengan hadits ini bahwa surga itu diliputi perkara yang
dibenci jiwa”.
Beliau hafidzahullah juga berkata, “Sebaliknya
ketika jiwamu condong kepada perbuatan-perbuatan keji, zina dan
perbuatan haram maka ingatkan dirimu bahwa neraka itu diiputi
perkara-perkara yang disenangi syahwat. Ingatkan pula jika sekarang
engkau lakukan perbuatan ini maka kelak engkau akan masuk neraka.
Jika
jiwamu tergoda dengan perbuatan riba, maka ingatkan dirimu bahwa Allah
dan rasulNya telah mengharamkannnya dan pelakunya kelak akan masuk
neraka.
Begitu
juga ketika jiwamu sedang ketagihan minum minuman keras dan minuman
haram lainnya maka ingatkan dirimu bahwa neraka itu diliputi
perkara-perkara yang disenangi syahwat.
Ketika
jiwamu merasa rindu mendengarkan musik, lagu-lagu dan nyanyian-nyanyian
yang telah Allah haramkan atau ketika kedua matamu mulai condong
melihat sesuatu yang Allah haramkan berupa vcd-vcd porno, gambar-gambar
porno dan pemandangan haram lainnya maka ingatkan dirimu bahwa neraka
itu diliputi perkara-perkara yang disenangi syahwat
Jika
engkau selalu menerapkan hadits ini dalam sendi-sendi kehidupanmu dan
berusaha menghadirkannya setiap saat maka dengan ijin Allah engkau akan
bisa menjauhi perbuatan haram dan memudahkanmu menjalankan ketaatan
kepadaNya.”(Muhadharah Syaikh Abdurrazzaq hafidzahullah)
Ingatlah, jiwa manusia itu condong pada kejelekan
Allah Ta’ala berfirman, إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي
“Sesungguhnya jiwa (manusia) itu menyuruh pada kejelekan kecuali jiwa yang dirahmati Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)
Ath-Thabari berkata tentang ayat ini, “Jiwa yang dimaksudkan adalah jiwa para hamba, ia senantiasa memerintahkan pada perkara-perkara yang disenangi nafsu. Sementara hawa nafsu itu jauh dari keridhaan Allah Ta’ala.”(Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Asy-Syamilah)
Perhatikanlah nasehat Ibnul Jauzi rahimahullah berikut,
“Ketahuilah, semoga Allah mamberikan taufiq kepadamu. Sesungguhnya watak dasar jiwa manusia itu cinta kepada hawa nafsunya. Telah berlalu penjelasan tentang begitu dasyatnya bahaya hawa nafsu, sehingga untuk menghadapinya engkau membutuhkan kesungguhan dan pertentangan dalam diri jiwamu. Ketika engkau tidak mecegah keinginan hawa nafsumu maka pemikiran-pemikiran sesat (kejelekan-kejelekan) itu akan menyerang sehingga tercapailah keinginan hawa nafsumu.” (Dzammul Hawa, hal.36, Asy-Syamilah)
Hadits penjelas
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihiwassalam bersabda,
“Ketika surga dan neraka diciptakan, Allah Ta’ala mengutus Jibril ‘alaihissalam pergi ke surga seraya berfirman, ‘Lihatlah ia dan perhatikanlah segala sesuatu yang Aku sediakan bagi penduduknya kelak!”
Nabi shallallahu’alaihi wasallam melanjutkan, “Jibril
pun mendatangi, melihat dan memperhatikan segala nikmat yang Allah
sediakan bagi penduduk surga. Kemudian Jibril kembali kepada Allah
seraya berkata, ‘Demi kemuliaanMu, tidak ada seorangpun yang mendengar
tentang berita surga kecuali ingin memasukinya’.
Kemudian
Allah memerintahkan surga sehingga ia diliputi perkara-perkara yang
dibenci (jiwa). Lalu Allah Ta’ala memerintahkan Jibril, ‘Kembalilah
kepadanya dan lihatlah segala sesuatu yang Aku sediakan bagi penduduk
surga!’ Maka Jibrilpun kembali ke surga dan ia temui bahwasanya surga
telah diliputi dengan perkara-perkara yang dibenci oleh jiwa manusia.
Kemudian Jibril menadatangi Allah Ta’ala seraya berkata, ‘Demi
kemuliaanMu sungguh aku khawatir tidak ada seorangpun yang bisa
memasukinya!’
Lalu
Allah memerintahkan,’Pergilah ke neraka, lihatlah dan perhatikanlah
siksaan yang Aku sediakan bagi penghuninya kelak!’ Maka ketika dineraka
terdapat api yang menyala-nyala dan bertumpuk-tumpuk , Jibril kembali
kepada Allah Ta’ala dan berkata, ‘Demi kemuliaanMu tidak ada seorangpun
yang ingin memasukinya.’ Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan agar neraka
dipenuhi dengan perkara-perkara yang disukai syahwat. Allah Ta’ala
berfirman, ‘Kembalilah padanya!’ Jibrilpun kembali ke neraka dan
berkata, ‘Demi kemuliaanMu, aku khawatir tidak ada seorangpun dari
hambaMu yang bisa selamat dari siksaan neraka.” (HR. Tirmidzi, beliau
berkata, “Hadits ini hasan shahih” . Begitupula Syaikh Al-Albani menilai
hadits ini hasan shahih.(Sunan At-Tirmidzi, Asy-Syamilah)
Saudariku,
akhirnya kami hanya bisa berdoa semoga kita semua dimasukkan Allah
Ta’ala menjadi golongan penghuni surgaNya yang tertinggi dan dijauhkan
dari segala jalan yang mengantarkan kita ke nerakaNya.
اَللّهُمَّ إِنِّى أَ سْئَلُكَ الجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَ عَملٍ وَ أَعُوْ ذُبِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَ عَمَلٍ
“Ya
Allah…aku memohon kepadamu surga dan segala sesuatu yang bisa
mendekatkanku dengannya baik berupa perkataan ataupun perbuatan. Dan aku
berlindung kepadamu dari siksaan neraka dan segala sesuatu yang bisa
mendekatkanku dengannya baik berupa perkataan ataupun perbuatan.” (Musnad Imam Ahmad)
Washallahu’ala nabiyyina Muhammadin wa’ala alihi washahbihi wasallam
|
Selasa, 09 Agustus 2011
Hijab Antara Surga Dan Neraka
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar